Senin, 05 April 2010

Spirulina Obat Manjur Abad ke-21

Spirulina dikenal sebagai pangan kesehatan terbaik abad ke-21. Kini di berbagai daerah muncul pembudidaya spirulina berkualitas tinggi.

Sri Hatmini ingat persis ketika menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker payudara stadium II. Usai kemoterapi, perempuan kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juni 1939 itu mual, hilang nafsu makan, dan kuku-kuku menghitam. ”Yang lain malah banyak yang botak (akibat rambut rontok, red),” ujar Hatmini. Munifah juga mengidap kanker payudara dan menjalani kemoterapi serta penyinaran di RS dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, pada 2008.

Bedanya perempuan 51 tahun itu merasa bugar selama menjalani kemoterapi dan penyinaran. Efek samping kemoterapi tak ia rasakan sama sekali. Rahasianya ia rutin mengkonsumsi 5 kapsul spirulina 3 kali sehari. Menurut dr Zen Djaja, dokter di Malang, Jawa Timur, kemoterapi dan penyinaran bukan hanya membunuh sel kanker, tetapi juga merusak sel sehat. Analoginya seperti membunuh seekor tikus di lumbung padi dengan cara membakar lumbung.

Tikus mungkin mati, tetapi padi juga hangus. Dalam konteks kemoterapi, padi mewakili sel-sel sehat. Mengapa Munifah bugar tanpa efek samping selama menjalani kemoterapi dan penyinaran? “Spirulina meningkatkan sistem imunitas. Sel-sel sehat diperkuat sehingga mampu menyingkirkan sel-sel kanker yang dianggap sebagai benda asing. Sel-sel normal menolak benda asing,” kata Zen yang 4 tahun terakhir meresepkan spirulina kepada para pasiennya.

Menurut Zen sel kanker tak mempunyai metabolisme. Itulah sebabnya hanya sel-sel normal yang diperkuat ketika Munifah mengkonsumsi tumbuhan bersel satu itu. Makanan kesehatan abad ke-21 itu juga mengandung senyawa GLA yang menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan klorofil dalam spirulina menyumbangkan energi. Dengan perpaduan senyawa-senyawa itu, Munifah pun bugar sepanjang menjalani kemoterapi.

Teknologi mutakhir

Spirulina yang dikonsumsi Munifah hasil budidaya PT Trans Pangan Spirulindo (TPS) di Teluk Awur, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ketika Trubus ke sana tampak bak-bak berisi air kehijauan, pipapipa, dan selang berkelindan di bangunan yang berderet-deret di lahan 4 ha. Di bak-bak itulah TPS membibitkan Spirulina platensis. TPS mengelola 5 kolam dari 9 kolam tersedia di sana. Ukuran kolam 20 m x 10 m.

Perusahaan pangan itu membudidayakan spirulina dengan teknologi mutakhir. Media spirulina berupa air laut yang dimurnikan dengan filter mekanik, biologis, kimiawi, dan sinar ultraviolet. Penyaring mekanik berupa mesin diesel 11,4 PK berkekuatan sedot 30 m3 per jam. Mesin menyedot air laut melalui pipa-pipa besi berdiameter 25 cm yang ditanam di bawah dermaga. Dari pompa diesel, air mengalir ke pompa filter berkekuatan 15 m3 per jam.

Di pompa filter itulah terjadi penyaringan mekanik dengan 2 tingkat ukuran filter. Setelah itu barulah dilakukan penyinaran ultraviolet. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, menjaga salinitas air pada 20 – 30 ppt persis habitat asli Spirulina platensis. Jika salinitas lebih besar, ia menambahkan air tawar. Sebaliknya bila salinitas anjlok, ia menambahkan air laut. Alumnus Biologi Universitas Gadjah Mada itu mensterilkan air di bak penampungan dengan memberi 30 ppm kaporit. Air diendapkan semalam dengan blower menyala untuk menghilangkan ion klorin (Cl-) dari ikatan kaporit sehingga keluar menjadi gas klorin (Cl2). Penyaringan air berikutnya secara mekanik dengan saringan 1 mikron. Setelah itu diblower sehari semalam agar kandungan oksigen naik kembali. Air steril itulah yang dimanfaatkan sebagai media spirulina. Sejak air disedot sampai siap pakai, memerlukan waktu minimal 3 hari.

Mutu

Singkat kata TPS memproduksi spirulina dengan tingkat higienitas amat tinggi. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, mengatakan kapasitas produksi TPS 300 kg spirulina sepekan. Namun, kini produksi baru 120 kg per bulan. Pada Maret 2010 TPM meningkatkan produksi sesuai kapasitas mesin. Spirulina dari TPS itulah yang antara lain dikonsumsi Munifah.

Itu membuktikan bahwa kualitas spirulina itu setara dengan spirulina impor yang kini banyak beredar di Indonesia. Hasil uji laboratorium Balai Besar Industri Agro menunjukkan spirulina produksi TPS antara lain mengandung 69% protein, 377 kal energi, 189 mg vitamin C, dan 1.376 mg fosfor. Itu setara standar mutu spirulina dari mancanegara. Aunu Rofiq dari TPS mengatakan seorang importir yang biasa mendatangkan spirulina dari Tiongkok meragukan hasil laboratorium itu.

Ia membawa sampel dan menguji ulang di Kualalumpur, Malaysia. Hasilnya sama. Oleh karena itu importir memesan rutin 20.000 botol spirulina masing-masing 60 kapsul per bulan. Sayangnya, perusahaan itu enggan membeberkan soal harga jual dan biaya produksi. Selain TPS, pembudidaya lain spirulina adalah Sadewa Sanubari – nama samaran – dan Dr Noorsalam Nganro di Bandung, Jawa Barat.

Sanubari membudidayakan Spirulina platensis di bak-bak beton berukuran masing-masing 8 m x 2 m x 0,3 m itu berjajar dengan jarak 50 cm. Satu-satunya perlengkapan “modern” di bak-bak itu hanyalah aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut. Lokasi budidaya di ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Umur produksi spirulina relatif singkat, 7 – 9 hari.

Dari bak-bak sedalam 20 cm itu, ia rutin memanen 100 kg spirulina kering per bulan. Itu untuk memenuhi permintaan 4 produsen suplemen. Spirulina produksi Sanubari juga bermutu tinggi.

Berkhasiat

Spirulina baik lokal maupun mancanegara layak menjadi suplemen lantaran kandungan gizinya lengkap dan mudah diserap tubuh (baca: ilustrasi). Menurut dr Otjoeng Handajanto, ahli terapi kolon di Bandung, spirulina merupakan pangan yang 100% bersifat basa. Tubuh memerlukan makanan basa minimal 80% dan maksimal 20% makanan bersifat asam. Contoh makanan bersifat asam adalah daging dan telur; pangan basa, buah dan sayuran.

Sel-sel kanker bersifat anaerob alias hidup dan mudah berkembang biak tanpa oksigen. Ketika konsumsi pangan bersifat asam berlebih, menyebabkan penggumpalan darah. Kadar oksigen darah berkurang. Konsumsi spirulina mengencerkan darah agar kadar oksigen terlarut meningkat. Bagi pasien kanker, spirulina menaikkan pH darah yang asam, 6 – 5,7; pH darah normal, 7,3.

Sedangkan bagi orang yang sehat konsumsi spirulina sebagai pangan bersifat basa membantu mencegah sel kanker. Spirulina terbukti sebagai bahan pangan bergizi lengkap. Konsumsi spirulina rutin mampu membangun kesehatan yang prima. Persis anjuran bapak kedokteran, Hipokrates: jadikan makanan sebagai obatmu. sumber majalah trubus.

1 komentar:

  1. Apakah Spirulina Produk HPA hasil budidaya PT Trans Pangan Spirulindo ???????????????????

    BalasHapus