Senin, 05 April 2010

SPIRULINA

SPIRULINA

Spirulina (Arthospira) adalah jenis ganggang biru hijau dan sejak puluhan tahun yang lalu telah dijadikan makanan kesehatan melalui penelitian para ahli di dunia. Makanan yang di konsumsi manusia saat ini banyak menyebabkan bertumpuknya toksin dalam tubuh, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti: kanker, sakit jantung, imunitas menurun, fungsi organ tubuh menjadi lemah, dan lain-lain.

Spirulina mengandung: beta karotin (menguatkan pengelihatan), vitamin B-12 (membentuk sel darah merahdalam sum-sum tulang), zat besi (menguatkan sel darah merah dan system pertahanan tubuh), klorofil (membuang racun dalam badan), dan karotenoid (meningkatkan fungsi anti oksidan atau anti kanker).

Khasiat:

  • Meningkatkan aktivitas anti virus.
  • Menurunkan kadar kolesterol.
  • Menurunkan resiko terhadap serangan jantung.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Mengurangi keracunan pada ginjal.
  • Meningkatkan jumlah mikroba Lactobacillus yang terdapat pada tubuh
  • Mempercepat penyembuhan luka
  • Mengatasi masalah kekurangan zat/mineral
  • Mengurangi penderitaan akibat radiasi

Komposisi:

Setiap kapsul mengandung:
Protein dan asam amino 65%
Karbohidrat 20%
Mineral-mineral 7%
Lemak 5%
Air 3%
Zat besi 10 mg
Klorofil 100 mg
Karotenoid 37 mg


Riset Pembuktian Spirulina

Usia dr Ady Sucipto MPH masih muda ketika letih, mengantuk, keringat mengucur, dan pandangan mulai kabur menghampirinya. Saat itu ia menjelang 40 tahun. Dokter di Surakarta, Jawa Tengah, itu menyangka akibat kelelahan mengurus pasien. Biang kerok semua gangguan kesehatan itu kadar gula darah melebihi ambang batas, 300 mg/dl. Untuk mengatasi diabetes mellitus, ia mengkonsumsi 1 tablet diamicron 3 kali sehari.

Sepuluh tahun kemudian, kadar gula darah membumbung, 500 mg/dl. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu menolak penggunaan insulin yang dalam pemberiannya harus disuntikkan. Musabanya, ia takut jarum suntik. Rekannya, sesama dokter, akhirnya mengganti obat untuk menanggulangi penyakit kencing manis yang diidapnya. Berbagai obat diminum setiap hari sebagai pengganti insulin.

Efek mengkonsumsi obat kimia tampak 10 tahun kemudian. Hasil laboratorium menunjukkan, nilai protein urine Ady positif 4. Padahal, seharusnya negatif. Artinya ginjal tak mampu menyaring protein darah. Tekanan darah sang dokter melonjak 190 mmHg, nilai kadar gula 400 mg/dl dengan kadar insulin kurang dari 3, di bawah kadar normal 3-20.

Lantaran obat kimia tak mampu menyembuhkan, Ady melirik spirulina. Semula ia ragu spirulina mampu menuntaskan penyakit. Ia berpendapat, Kemungkinan besar malah merusak ginjal karena mengandung garam, katanya. Untuk meyakinkan, ia berkorespondensi dengan Bob Capelli, vice president Cyanotech di Kailua, Hawaii, Amerika Serikat. Cyanotech produsen terbesar spirulina di dunia dengan produksi 30 ton per bulan.

Ketika berselancar di dunia maya, Ady Sucipto memperoleh informasi penting. Protein nabati dalam spirulina berisi asam amino yang tidak membebani fungsi ginjal, malah memperbaikinya. Selain itu spirulina juga meningkatkan fungsi pankreas untuk menghasilkan insulin.

Terbukti klinis

Mulailah Ady Sucipto mengkonsumsi 5 tablet spirulina 2 kali sehari. Tubuh lebih bugar. Selama 1,5 tahun mengkonsumsi spirulina, tak ada keluhan yang dirasakan berkaitan dengan diabetes dan hipertensi. Ia penasaran sehingga mengecek darah ke laboratorium. Hasilnya, menggembirakan. Kadar gula dalam darah 127 mg/dl, kadar insulin darah 12, dan nilai protein urin negatif. Kesimpulannya dr Ady sembuh diabetes tanpa harus disuntik insulin.

Sembuhnya sang dokter dari diabetes banyak dibuktikan oleh periset seperti Takai. Seperti dikutip Japan Society for Nutrition Food Science, ahli nutrisi itu menyatakan, spirulina efektif menurunkan serum glukosa puasa dan glukosa makan. Studi klinis melibatkan 15 pasien diabetes. Penurunan gula darah puasa signifi kan setelah 21 hari mengkonsumsi 2 gram spirulina per hari.

Dalam uji praklinis, spirulina terbukti tokcer menurunkan tekanan darah pada tikus. Begitulah hasil riset Iwata K dari Kagawa Nutrition University, Jepang. Yang paling berpengaruh dalam penurunan tekanan darah adalah asam araknoidat dan nitrat oksida yang menghasilkan cyclooksigenase, pengatur sirkulasi darah.

Asam lemak GLA (gamma linoleic acid) dalam spirulina juga berpengaruh, kata Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI. GLA merangsang hormon prostaglandin yang mengontrol tekanan darah, sintesis kolesterol, inflamasi, dan pembelahan sel.

Earl Mindell RPh PhD, profesor nutrisi di Pacifi c Western University, Amerika Serikat, mengungkapkan spirulina sumber klorofil tertinggi yang kaya mineral seperti besi, kalsium, seng, potasium, dan magnesium. Vitamin A, B kompleks, dan fenilalanin, menekan selera makan sehingga konsumsi gula dari karbohidrat kompleks dapat dikurangi. Alga mikro itu juga mengandung protein densitas tinggi dan karbohidrat sederhana yang menghasilkan energi tanpa memerlukan insulin berlebihan untuk mencernanya. Dengan begitu, kadar gula darah tetap terkontrol.

Myoma

Spirulina tak hanya menyembuhkan diabetes mellitus. Ratna Tanudjadja di Jakarta menderita myoma. Hasrat sembuh mendorong Ratna mengkonsumsi spirulina cair 3 kali sehari masing-masing satu sachet isi 10 ml. Sebulan berselang, nyeri saat menstruasi mereda. Hasil pemeriksaan ulang, ukuran myoma di rahimnya hilang sama sekali. Menurut Richard Kozlenko DPM PhD MPH, ahli biokimia nutrisi dari University of South Carolina, spirulina menghambat tumor dan kanker. Myoma salah satu tumor karena pertumbuhan sel otot rahim tidak terkontrol. Kelainan pertumbuhan sel itu disebabkan oleh rusaknya DNA. Biasanya kerusakan DNA diperbaiki oleh enzim endonukleus. Radikal bebas menonaktifk an aktivitas enzim itu sehingga memicu tumor. Polisakarida spirulina meningkatkan aktivitas enzim endonukleus dan memperbaiki sintesis DNA.

Peneliti-peneliti lain membuktikan, kalsium-spirulan atau ekstrak air spirulina yang telah dimurnikan bersifat antivirus. Senyawa itu molekul gula terpolimerisasi yang mengandung sulfur dan kalsium. Hamster yang diberi ekstrak spirulina, lebih tahan terhadap infeksi virus herpes. Uji antiviral juga dilakukan pada sel manusia dan kera yang dikulturkan pada media. Kedua sel itu kemudian diinfeksi oleh virus HIV-1, herpes simpleks, sitomegalovirus, influenza. Hasilnya, perkembangan keenam virus itu terhambat.

Menurut Richard sebelum menyerang virus menempelkan dirinya pada membran sel. Kemudian virus menembus membran dan menginfeksi sel. Berkat spirulina, membran sel tubuh menguat sehingga virus gagal menembus membran. Sel tubuh pun aman dari infeksi. Karena tidak mendapatkan inang, virus tak bisa memperbanyak diri. Akibatnya, ia terbunuh oleh sistem kekebalan tubuh.

Dengan efek terapi seperti itu, spirulina berpotensi untuk mengobati AIDS. Maraknya penelitian keampuhan spirulina menyembuhkan berbagai penyakit, membuat beberapa dokter tak segan menyarankan spirulina untuk pengobatan. Dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur, sejak 2 tahun lalu meresepkan spirulina. Ia mengatakan, spirulina bermanfaat untuk pemulihan banyak penyakit, terutama yang berkaitan dengan degeneratif (menurunnya fungsi-fungsi sel).

Kandungan gizinya amat lengkap, ia juga kaya vitamin, mineral, protein, dan sebagai sumber klorofil, katanya. Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi untuk membangun sel-sel tubuh.

Uji klinis menunjukkan spirulina ampuh mengatasi kolesterol tinggi. Tanaman bersel satu itu digunakan sebagai diet para pekerja berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Dosis konsumsi 4,2 g serbuk spirulina setara 8 tablet per hari. Sebulan kemudian, kadar kolesterol darah turun 4,5% dari 244 menjadi 233. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol turun 6,1%. Periset Universitas Tokai, Jepang, yang menguji klinis menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah sehingga sangat baik untuk penyakit jantung dan arteriosklerosis.

Hasil uji prakinis di Jepang membuktikan anggota famili Cyanophyceae itu mengurangi keracunan ginjal terhadap logam berat merkuri dan beberapa antibiotik. Riset diarahkan pada dua indikator yaitu nitrogen darah dalam bentuk urea dan serum kreatin. Bila tikus percobaan diberi 30% spirulina, nitrogen darah dan serum kreatin menurun secara drastis. Bahkan setelah tikus-tikus percobaan diinjeksi dengan dosis merkuri tinggi, nitrogen darah bertambah 310%. Setelah diberikan spirulina, beberapa jam kemudian nitrogen darah turun menjadi 209%. Begitu juga serum kreatin, dari 198% turun menjadi 157.

Keunggulan spirulina asam nukleatnya lebih rendah ketimbang bakteri. Jadi tidak menyebabkan penyakit ginjal, ujar peneliti alga Pusat penelitian dan pengembangan Oseanologi Drs Sutomo MSi. Berbagai penelitian itu mengungkapkan keistimewaan spirulina. Meski ukurannya superliliput, 1 mm, tetapi faedahnya amat besar. Dan itu dibuktikan melalui serangkaian riset. sumber majalah trubus.

Spirulina Obat Manjur Abad ke-21

Spirulina dikenal sebagai pangan kesehatan terbaik abad ke-21. Kini di berbagai daerah muncul pembudidaya spirulina berkualitas tinggi.

Sri Hatmini ingat persis ketika menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker payudara stadium II. Usai kemoterapi, perempuan kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juni 1939 itu mual, hilang nafsu makan, dan kuku-kuku menghitam. ”Yang lain malah banyak yang botak (akibat rambut rontok, red),” ujar Hatmini. Munifah juga mengidap kanker payudara dan menjalani kemoterapi serta penyinaran di RS dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, pada 2008.

Bedanya perempuan 51 tahun itu merasa bugar selama menjalani kemoterapi dan penyinaran. Efek samping kemoterapi tak ia rasakan sama sekali. Rahasianya ia rutin mengkonsumsi 5 kapsul spirulina 3 kali sehari. Menurut dr Zen Djaja, dokter di Malang, Jawa Timur, kemoterapi dan penyinaran bukan hanya membunuh sel kanker, tetapi juga merusak sel sehat. Analoginya seperti membunuh seekor tikus di lumbung padi dengan cara membakar lumbung.

Tikus mungkin mati, tetapi padi juga hangus. Dalam konteks kemoterapi, padi mewakili sel-sel sehat. Mengapa Munifah bugar tanpa efek samping selama menjalani kemoterapi dan penyinaran? “Spirulina meningkatkan sistem imunitas. Sel-sel sehat diperkuat sehingga mampu menyingkirkan sel-sel kanker yang dianggap sebagai benda asing. Sel-sel normal menolak benda asing,” kata Zen yang 4 tahun terakhir meresepkan spirulina kepada para pasiennya.

Menurut Zen sel kanker tak mempunyai metabolisme. Itulah sebabnya hanya sel-sel normal yang diperkuat ketika Munifah mengkonsumsi tumbuhan bersel satu itu. Makanan kesehatan abad ke-21 itu juga mengandung senyawa GLA yang menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan klorofil dalam spirulina menyumbangkan energi. Dengan perpaduan senyawa-senyawa itu, Munifah pun bugar sepanjang menjalani kemoterapi.

Teknologi mutakhir

Spirulina yang dikonsumsi Munifah hasil budidaya PT Trans Pangan Spirulindo (TPS) di Teluk Awur, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ketika Trubus ke sana tampak bak-bak berisi air kehijauan, pipapipa, dan selang berkelindan di bangunan yang berderet-deret di lahan 4 ha. Di bak-bak itulah TPS membibitkan Spirulina platensis. TPS mengelola 5 kolam dari 9 kolam tersedia di sana. Ukuran kolam 20 m x 10 m.

Perusahaan pangan itu membudidayakan spirulina dengan teknologi mutakhir. Media spirulina berupa air laut yang dimurnikan dengan filter mekanik, biologis, kimiawi, dan sinar ultraviolet. Penyaring mekanik berupa mesin diesel 11,4 PK berkekuatan sedot 30 m3 per jam. Mesin menyedot air laut melalui pipa-pipa besi berdiameter 25 cm yang ditanam di bawah dermaga. Dari pompa diesel, air mengalir ke pompa filter berkekuatan 15 m3 per jam.

Di pompa filter itulah terjadi penyaringan mekanik dengan 2 tingkat ukuran filter. Setelah itu barulah dilakukan penyinaran ultraviolet. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, menjaga salinitas air pada 20 – 30 ppt persis habitat asli Spirulina platensis. Jika salinitas lebih besar, ia menambahkan air tawar. Sebaliknya bila salinitas anjlok, ia menambahkan air laut. Alumnus Biologi Universitas Gadjah Mada itu mensterilkan air di bak penampungan dengan memberi 30 ppm kaporit. Air diendapkan semalam dengan blower menyala untuk menghilangkan ion klorin (Cl-) dari ikatan kaporit sehingga keluar menjadi gas klorin (Cl2). Penyaringan air berikutnya secara mekanik dengan saringan 1 mikron. Setelah itu diblower sehari semalam agar kandungan oksigen naik kembali. Air steril itulah yang dimanfaatkan sebagai media spirulina. Sejak air disedot sampai siap pakai, memerlukan waktu minimal 3 hari.

Mutu

Singkat kata TPS memproduksi spirulina dengan tingkat higienitas amat tinggi. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, mengatakan kapasitas produksi TPS 300 kg spirulina sepekan. Namun, kini produksi baru 120 kg per bulan. Pada Maret 2010 TPM meningkatkan produksi sesuai kapasitas mesin. Spirulina dari TPS itulah yang antara lain dikonsumsi Munifah.

Itu membuktikan bahwa kualitas spirulina itu setara dengan spirulina impor yang kini banyak beredar di Indonesia. Hasil uji laboratorium Balai Besar Industri Agro menunjukkan spirulina produksi TPS antara lain mengandung 69% protein, 377 kal energi, 189 mg vitamin C, dan 1.376 mg fosfor. Itu setara standar mutu spirulina dari mancanegara. Aunu Rofiq dari TPS mengatakan seorang importir yang biasa mendatangkan spirulina dari Tiongkok meragukan hasil laboratorium itu.

Ia membawa sampel dan menguji ulang di Kualalumpur, Malaysia. Hasilnya sama. Oleh karena itu importir memesan rutin 20.000 botol spirulina masing-masing 60 kapsul per bulan. Sayangnya, perusahaan itu enggan membeberkan soal harga jual dan biaya produksi. Selain TPS, pembudidaya lain spirulina adalah Sadewa Sanubari – nama samaran – dan Dr Noorsalam Nganro di Bandung, Jawa Barat.

Sanubari membudidayakan Spirulina platensis di bak-bak beton berukuran masing-masing 8 m x 2 m x 0,3 m itu berjajar dengan jarak 50 cm. Satu-satunya perlengkapan “modern” di bak-bak itu hanyalah aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut. Lokasi budidaya di ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Umur produksi spirulina relatif singkat, 7 – 9 hari.

Dari bak-bak sedalam 20 cm itu, ia rutin memanen 100 kg spirulina kering per bulan. Itu untuk memenuhi permintaan 4 produsen suplemen. Spirulina produksi Sanubari juga bermutu tinggi.

Berkhasiat

Spirulina baik lokal maupun mancanegara layak menjadi suplemen lantaran kandungan gizinya lengkap dan mudah diserap tubuh (baca: ilustrasi). Menurut dr Otjoeng Handajanto, ahli terapi kolon di Bandung, spirulina merupakan pangan yang 100% bersifat basa. Tubuh memerlukan makanan basa minimal 80% dan maksimal 20% makanan bersifat asam. Contoh makanan bersifat asam adalah daging dan telur; pangan basa, buah dan sayuran.

Sel-sel kanker bersifat anaerob alias hidup dan mudah berkembang biak tanpa oksigen. Ketika konsumsi pangan bersifat asam berlebih, menyebabkan penggumpalan darah. Kadar oksigen darah berkurang. Konsumsi spirulina mengencerkan darah agar kadar oksigen terlarut meningkat. Bagi pasien kanker, spirulina menaikkan pH darah yang asam, 6 – 5,7; pH darah normal, 7,3.

Sedangkan bagi orang yang sehat konsumsi spirulina sebagai pangan bersifat basa membantu mencegah sel kanker. Spirulina terbukti sebagai bahan pangan bergizi lengkap. Konsumsi spirulina rutin mampu membangun kesehatan yang prima. Persis anjuran bapak kedokteran, Hipokrates: jadikan makanan sebagai obatmu. sumber majalah trubus.

Olah Spirulina : Saat Liliput Berubah Wujud

Hamparan jaring peneduh yang melingkupi 2 hektar lahan di Distrik Dong Ying, Provinsi Shandong, RRC Utara, terlihat megah. Di bawahnya tampak kolam-kolam berukuran besar berisi air kehijauan. Dari sanalah serbuk-serbuk spirulina yang tengah dikemas karyawan sebuah pabrik di kawasan Cikarang, Bekasi, berasal. Fenomena itu tak ubahnya di Kepong, Malaysia yang mengemas spirulina kiriman dari Hawaii, Amerika Serikat.

Spirulina yang dipasarkan dalam berbagai kemasan di tanahair memang semuanya impor, antara lain dari Cina, Jepang, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia bukannya tidak ada tempat cocok untuk pengembangbiakan makhluk berukuran mikroskopik itu. Alasan belum ada investor yang memandang spirulina sebagai makanan kesehatan itulah yang paling tepat dikedepankan.

Memang tidak banyak tempat bisa dijadikan ladang pengkulturan spirulina. Jasad liliput itu butuh persyaratan spesifik untuk hidupnya. Selain perairan basa, pH di atas 8,5, tempat itu harus steril dari pencemaran udara, seperti debu dan zat-zat kimia berbahaya. Bahkan menurut Prof Riset I Nyoman Kabinawa, ahli teknologi kultur mikroalga Indonesia, lingkungan pun harus tenang.

Itulah sebabnya Ultra Trend Biotech produsen Spiruplus memilih Dong Ying di Provinsi Shandong, RRC Utara, untuk lokasi budidaya. Kami butuh waktu 1 bulan untuk mengapalkan serbuk spirulina hingga Cikarang, ungkap Billy Gan, presiden direktur Ultra Trend Biotech Indonesia.

Pembudidayaan spirulina juga dilakukan oleh Cyanotech Company di Hawaii, Amerika Serikat, tetapi kondisi tempatnya berbeda. Produsen spirulina yang didistribusikan dengan nama Luxor itu menambang spirulina di lautan bebas. Hampir tak ada perbedaan cara pengolahannya. Sebab, keduanya sama-sama dibudidayakan di aliran air tenang. Berikut pembudidayaan spirulina seperti yang dituturkan Billy Gan dari Ultra Trend Biotech dan Bob Capelli dari Cyanotech Company langsung kepada Trubus.

  1. Kedua perusahaan, Ultra Trend Biotech dan Cyanotech Company membudidayakan jenis Spirulina platensis. Bibit spirulina diperoleh secara kultivasi di laboratorium. Setelah penyeleksian selesai, terpilihlah bibit spirulina terbaik. Bibit itu lantas dimasukkan ke dalam galon masing-masing bervolume 19 liter. Galon itu berisi nutrisi agar ganggang biru-hijau itu tumbuh lebih cepat. Sebab, untuk mengisi seluruh kolam paling tidak dibutuhkan bibit sebanyak 10 galon.
  2. Bibit itu dimasukkan ke dalam kolam perbanyakan. Pemindahan bibit dilakukan pada awal Mei. Pada bulan itu suhu di Dong Ying cukup hangat, 20?C, cocok untuk memulai budidaya. Kolam terbuat dari semen, berukuran tinggi 60 cm, lebar 6 m, dan panjang mencapai 100 m. Kolam ini diisi air tawar sampai ketinggian 30 cm. Air yang digunakan dipompa dari dalam tanah agar kebersihannya terjamin. Beda halnya dengan pembudidayaan spirulina di Cyanotech Company. Sumber air yang digunakan berasal dari dasar laut yang kedalamannya mencapai 6.000 meter. Air itu masih murni dengan kandungan mineral lengkap, kata Bob Capelli.
  3. Setiap kolam dilengkapi pemutar yang digerakkan listrik, dengan kecepatan 3-4 m/detik. Pemutar ini digunakan untuk mengaduk air kolam, sehingga semua bibit spirulina dapat memperoleh sinar matahari. Apabila air tidak diputar, sinar matahari hanya mengenai spirulina di permukaan atas kolam. Setiap hari ditambahkan mineral ke dalam kolam. Unsur-unsur seperti nitrogen, potasium, besi, serta unsur penting lainnya dapat meningkatkan kualitas spirulina.
  4. Musim tanam atau penyebaran bibit spirulina dilakukan pada Mei hingga Oktober. Spirulina sudah bisa dipanen 3-5 hari kemudian. Pemanenan dilakukan setiap hari. Bahkan, saat puncak musim panas, panen spirulina berlangsung setiap jam agar terhindari dari ledakan populasi. Cara panen, air kolam di pompa dan dimasukkan ke penyaring. Lantas spirulina yang tersaring dicuci menggunakan air bersih agar semua kotoran hilang. Setelah bersih, spirulina itu dikeringkan lantaran masih mengandung 80% air. Sedangkan air yang keluar dari saringan dimasukkan kembali ke dalam kolam.
  5. Spirulina yang telah dicuci dimasukkan ke spray drier. Panas yang disemprotkan mesin mengubah bentuk spirulina, dari cairan menjadi bubuk kering. Teknologi lain diaplikasikan Cyanotech. Pengalaman 23 tahun memproduksi spirulina Cyanotech menemukan proses teknologi ocean chill drying. Proses pengeringan beku itu menjamin tidak terjadinya oksidasi terhadap karoten dan asam lemak spirulina. Produk bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
  6. Bubuk spirulina dikemas dalam vacuum pack lalu disimpan ke dalam tong terbuat dari kertas. Dari Shandong, Cina, Ultra Trend Biotech mengirimkan 200 tong masing-masing berisi 50 kg bubuk spirulina melalui laut ke Indonesia. Setelah 30 hari perjalanan, sampailah di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan Cyanotech mengirimkan bubuk spirulinanya ke Kepong, Kualalumpur, Malaysia.
    Setibanya di pabrik pengemasan, bubuk spirulina langsung masuk ruang penyimpanan berpendingin. Saat akan diolah serbuk berwarna hijau itu baru dikeluarkan. Ada yang memasukkan serbuk itu ke dalam kapsul, ada juga yang dibentuk menjadi tablet. Dalam satu hari, masing-masing perusahaan mampu mencetak 250.000 kapsul dan tablet spirulina. Setelah dikemas dalam botol dan kardus, produk siap dipasarkan ke konsumen di seluruh Indonesia. sumber majalah trubus.

Kecil Sosoknya, Besar Manfaatnya

Disebut-sebut sebagai makanan abad ke-21, itu lumrah. Spirulina memang kaya gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak berlebihan bila Ir Fifi Widjaja M Nat Res, dosen senior di Institut Pertanian Bogor, menyatakan makhluk di dunia tidak akan kelaparan selama masih ada yang bernama alga-salah satu di antaranya spirulina. Kini terbukti beragam penganan berbahan spirulina dibuat. Rasanya, ehm?, menggoyang lidah.

Hampir tak percaya kue yang dibawa ke kantor redaksi Trubus oleh Nino Satrahusada dibuat dari spirulina. Bentuk dan kemasannya mirip kue bolu. Ini berbahan baku campuran spirulina, katanya. Komposisinya memang tidak diketahui. Mungkin lebih banyak bahan terigu atau gulanya ketimbang spirulina. Namun yang jelas rasanya gurih alami, bukan berasal dari monosodium glutamat.

Beberapa bulan sebelumnya, produsen mi terkenal di Jakarta juga membutuhkan alga hijau biru itu. Kami mau mencoba menambahkan spirulina ke dalam adonan mi. Maksudnya agar cita-rasa mi menjadi lebih sensasional, ungkap perempuan yang tidak mau disebut namanya itu. Hal serupa telah dilakukan keluarga Profesor I Nyoman Kabinawa di Bogor sejak belasan tahun lalu. Kalau masak mi instan, saya tambahkan spirulina. Ibu (istri Kabinawa, red) baru saja membuat puding dengan campuran spirulina, tutur ahli spirulina di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI Cibinong itu.

Sembilan jenis

Spirulina boleh jadi masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab, di tanahair sampai sekarang belum ada satu perusahan pun yang membudidayakannya. Semua produk spirulina yang beredar di pasaran didatangkan dari Taiwan atau Amerika Serikat. Padahal secara tidak sadar, jasad berukuran mikroskopis itu mungkin sering ditemui. Ia menghuni danau atau kolam terbuka di perairan tawar, payau, hingga laut.

Anda pernah melihat kubangan air berwarna hijau? Di situ kemungkinan ada spirulina menyatu dengan jenis-jenis alga lainnya, ucap Kabinawa, penemu varian lokal jenis Spirulina platensis. Meski berukuran sangat kecil, 2-5 mikron, tapi kumpulan spirulina yang mencapai ukuran maksimal 2 mm dapat dilihat dengan mata telanjang. Situ Ciburuy, Padalarang, dan Ranu Klakah, Jawa Tengah, adalah lokasi sebaran spirulina. Menurut Kabinawa ada 9 jenis spirulina yang dikenal selama ini: Spirulina platensis, S. maxima, S. subsalsa, S. priceps, S. curta, S. caldria, S. substilis, S. spiruloides, dan S. laxissima. Namun dari jumlah itu hanya S. platensis, S. maxima, dan S. subsalsa yang populer. Dua di antaranya yakni S. platensis dan S. maxima sudah dikembangkan secara komersial.

Sebuah perusahaan di Meksiko memproduksi Spirulina maxima 2 ton/hari. India, Israel, Amerika Serikat, Taiwan, dan Cina mengembangkan S. platensis. Mereka mengekspor spirulinanya ke hampir seluruh dunia. Termasuk Israel yang produksinya mencapai 120.000 ton/tahun baik untuk konsumsi manusia maupun hewan ternak. Subsalsa belum diusahakan besar-besaran karena endemik Peru, tutur pria berpenampilan eksentrik itu.

Gizi sama

Sebagai pembeda masing-masing jenis itu adalah morfologi, seperti ukuran sel dan panjang putaran spiral-spirulina berbentuk spiral. Spirulina terkecil dimiliki jenis caldria, 1 mikron; terbesar maxima mencapai 12 mikron. Platensis yang lokasi penyebarannya merata dari air tawar, payau, dan laut berkisar 3,5-5 mikron.

Sedangkan soal habitat tidak menjadi klasifikasi mutlak. Musababnya dengan diadaptasi selama 2-3 tahun, faktor salinitas yang secara teoritis menjadi pembatas bisa dikesampingkan. Artinya semua jenis memungkinkan dibudidayakan di air tawar, payau, hingga laut.

Meski berbeda jenis, pada dasarnya kandungan gizi spirulina sama. Perbedaan tidak terlalu mencolok terjadi karena lokasi pembudidayaan, teknik kultur dan media, serta pemrosesan yang berlainan. Spirulina platensis misalnya, dengan sistem dan teknik pembudidayaan tertentu kandungan proteinnya bisa mencapai 71%. Sebaliknya kandungan proteinnya melorot cuma 65% dengan sistem lain. Spirulina maxima yang banyak dibudidayakan di perairan laut kadar proteinnya berkisar 60-68%.

Itulah sebabnya ada perusahaan yang khusus memproduksi spirulina untuk konsumsi manusia dan ada pula yang khusus untuk pakan ternak karena perbedaan kandungan nutrisi. Spirulina yang beredar di pasaran umumnya mengandung protein 63-65%, karbohidrat 15-17%, lemak 2,4%, dan serat 1,76%. Unsur-unsur lainnya seperti kalsium, magnesium, zat besi, betakaroten, dan klorofil-a sangat bervariasi. Demikian rantai karbonnya berlainan karena berbeda lokasi pembudidayaan.

Spirulina yang dibudidayakan di air laut mengandung banyak omega 3 karena berantai karbon panjang, C25-C26. Yang di air tawar berantai karbon pendek, C18-C20, berarti omega 6-nya jauh lebih banyak. Namun, semua itu bisa dimodifikasi dengan teknik dan media pembudidayaan. Contohnya S. subsalsa kadar betakarotennya bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 0,1% menjadi 28%. Itu artinya 2.800 kali lebih tinggi dibanding wortel. Karena kandungan gizi yang demikian tinggi itulah spirulina digadang-gadang bisa menjadi suplemen kesehatan. sumber majalah trubus.

Camilan Kaya Gizi

Lima abad lalu penduduk di sekitar Danau Texcoco, Meksiko, memiliki kebiasaan menyantap camilan biskuit setiap hari. Namun, bukan sembarang biskuit yang dilahap. Biskuit yang disebut tecuitlatl itu dibuat dari ganggang biru kehijauan yang diperoleh dari kedalaman danau. Karena rajin memakan biskuit itu penduduk Danau Texcoco jarang sakit.

Nun di Danau Chad, Afrika, penduduk Kanembu pun sehat-sehat. Setelah diselidiki mereka diketahui sering mengkonsumsi dihe. Penganan mirip kue kering itu dibuat dari spirulina. Penduduk mengumpulkannya dengan kelambu pada musim panas saat terjadi booming spirulina di danau. Suku Aztec malah sudah sejak lama memanfaatkan spirulina untuk memperbaiki gizi mereka, ujar Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, guru besar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Menurut Ali, spirulina bisa memperbaiki gizi karena ia mengandung 70% protein. Asam-asam amino yang terkandung di dalamnya berperan memperbaiki sel-sel rusak dan meningkatkan sistem imun tubuh. Karena itu sejak lama spirulina sudah dimanfaatkan manusia, ujarnya.

Asam amino esensial

Protein dalam spirulina tersusun dari asam amino esensial yang tidak dimiliki tubuh seperti valin dan isoleosin. Padahal, asam amino itu berperan mengganti protein yang rusak. Konsumsi spirulina 36 g per hari sudah bisa mencukupi kebutuhan asam amino bagi tubuh orang dewasa, ujar Prof Dr dr Alfred A Djajakusumah, ahli biokimia kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Bukti serupa diungkapkan Clare M. Hasler, PhD dari Department of Food Science and Human Nutrition, University of Illinois, di Amerika Serikat. Clare menyebutkan susunan protein spirulina berguna memperkuat struktur dan fungsi sel-sel makhluk hidup. Itu karena spirulina mengandung zat proteinogenik yang berfungsi sebagai sistem pengatur metabolisme tubuh. Sedikitnya setiap 10 g spirulina yang dikonsumsi memberikan kontribusi protein setara 5,5-7 g bagi tubuh, ujar Ali Khomsan.

Berdasarkan hasil uji coba J.E Pinero Estrada dari Departemen Farmakologi, Universitas Madrid di Spanyol, spirulina diketahui kaya antioksidan karena kandungan beberapa pigmen pembentuk protein seperti phykosianin, zeasantin, dan klorofi l. Phykosianin merupakan antioksidan pelindung hati dan ginjal. Zeasantin melindungi mata terutama saat berusia lanjut. Klorofi l bersifat antikanker dan antiracun.

Antioksidan

Ganggang biru kehijauan itu juga memiliki vitamin dan mineral yang lengkap. Spirulina termasuk satu-satunya tumbuhan yang mengandung vitamin B kompleks terlengkap: B1, B2, B3, B6, dan B12. Setiap 10 g spirulina mengandung vitamin B1 (thiamin) 0,31 mg, B2 (riboflavin) 0,35 mg, B3 (niacin) 1,46 mg, B6 (pyridoxine) 80 mcg, dan B12 (cobalamine) 32 mcg.

Peran vitamin B sangat penting. Misal vitamin B12, membantu pembentukan sel darah merah, sumsum tulang, dan memperbaiki sistem saraf. Vitamin B12 juga dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Vitamin B12 merupakan koenzim yang penting untuk sintesis DNA dalam mengontrol pembentukan sel-sel baru, ujar doktor ilmu home economics education dari Iowa State University di Amerika Serikat itu.

Vitamin A dan betakaroten yang demikian tinggi di dalam spirulina-23.000 IU per 10 g-memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kandungan betakaroten dalam spirulina mencapai 10 kali lipat lebih banyak daripada lobak dan wortel, ujar Ali Khomsan. Mereka dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan sel-sel tubuh, dan memperbaiki fungsi mata. Peran lain sebagai tembok penghalang berkembangnya tumor ganas dan perubahan kromosom.

Menurut Ali Khomsan, vitamin A, D, B12, betakaroten, dan mineral yang dimiliki spirulina mempunyai peranan penting dalam pembentukan tulang. Vitamin D bersama kalsium dapat memperkuat tulang dan gigi. Hasil penelitian Carlos Jime'nez dari Department of Ecology, University of Malaga di Spanyol Menunjukkan kalsium selain mengeraskan tulang, juga berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

C. Wayne Weart dari Department of Pharmacy, University of South Carolina di Amerika Serikat mengungkap mineral lain yang terkandung dalam spirulina seperti magnesium, zink, selenium, dan zat besi memiliki peran tak kalah penting. Zink misalnya membantu memastikan fungsi-fungsi enzim di tubuh berjalan sempurna. Yang lain seperti selenium mampu mencegah gondok. Zat besi pada spirulina 58 kali lebih banyak daripada bayam dan 18 kali lebih tinggi dari daging, ujar Ali Khomsan. Zat besi itu selain ikut membantu pembentukan darah juga menguatkan sistem imun.

Karena kandungan yang luar biasa itu, spirulina dijadikan suplemen kesehatan. Ia disebut-sebut sebagai makanan abad 21. Paling tidak 12 penghargaan dari badan-badan pangan dan kesehatan dunia disematkan kepada yang namanya spirulina. Pantas saja berjuta-juta pil spirulina telah diproduksi untuk membantu masyarakat yang malnutrisi dan untuk mengatasi berbagai penyakit. (Hermansyah)

Protein spirulina dibandingkan komoditas lain
Nutrisi Kandungan (%DV)
Vitamin A 460
Betakaroten 460
Vitamin B-12 330
Vitamin D 300
Zat besi 80
Selenium 14
Magnesium 10
Seng 2
Nutrisi spirulina dalam persentase
angka kecukupan konsumsi per 10 g
Makanan Kandungan protein (%)
Spirulina 60-70
Kacang kedelai 30-35
Daging lembu 18-22
Ikan 16-20
Telur 12-16
Tahu 8
Susu 3

Sumber: Sureco muhibah network, http://www.spirulina.com/, dan telah diolah dari berbagai sumber.

Singkap Tabir Faedah Bianglala

Mata kanan Prof I Nyoman Kabinawa mengintip lensa okuler pada mikroskop. Wajahnya berbinar ketika periset Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahunan Indonesia itu melihat cahaya hijau, biru, merah, dan kuning. Warna bak pelangi itu dipantulkan oleh spirulina yang diambil dari Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Melihat warna-warni spirulina, Prof I Nyoman Kabinawa yakin, Pasti spirulina kaya pigmen. Pigmen itu zat warna alami yang mengindikasikan makhluk supermini itu kaya nutrisi. Itulah penelitian Kabinawa pada awal 1980. Hasil riset membuktikan, spirulina kaya protein. Tujuh puluh persen sel spirulina mengandung protein. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan sumber lain seperti daging hewan dan ikan mengandung 15-25% protein, ayam (24%), kedelai dan susu (35%), kacang-kacangan (25%), dan biji-bijian (14-18%).

Menurut Keishiro Wada dari Departemen Biologi, Osaka University, Jepang, spirulina kaya asam amino. Dengan metode analisis sekuen, ia menemukan 16 jenis asam amino antara lain lisin, histidin, arginin, alanin, threonin, serine, glutamat, dan prolin. Beragamnya kandungan gizi spirulina meningkatkan keingintahuan peneliti tentang khasiatnya.

Antivirus

Penelitian awal khasiat spirulina terhadap kesehatan dilakukan oleh Lumsden dan D. O. Hall dari University of London King's College, London pada 1974. Mereka membuktikan kandungan zat besi spirulina lebih tinggi dibanding bayam.

Spirulina juga mengandung enzim superoksida dismutase penghambat kerusakan sel akibat radikal bebas, terutama sel kulit, jaringan otak, dan indra. Superoksida dismutase terbukti melindungi tubuh dari berbagai kerusakan DNA dan gangguan metabolisme seperti peroksidasi lemak, protein denaturasi, dan degradasi sel progresif. Para periset itu yakin spirulina mampu menggempur berbagai penyakit.

Penelitian efek antivirus dari ganggang pertama kali dilakukan oleh Gustafson KR dan Cardellina JH II dari National Cancer Institue pada 1989. Namun, ganggang yang digunakan berupa alga biruhijau Lyngbya lagerheimii dan Phormidium tenue. Komponen paling berpengaruh: sulfoglycolipids. Dalam risetnya, sel manusia yang diinduksi ganggang hijau pada konsentrasi tertentu ampuh menghadang serbuan infeksi virus HIV-1. Dari 600 jenis ganggang biru-hijau, efek antivirus hanya dimiliki 60 jenis, termasuk Spirulina platensis.

Itu dibuktikan oleh Hayashi dari Fakultas Ilmu Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang. Seperti dikutip Journal of Natural Production, Spirulina platensis menghambat replikasi herpes simplex virus (HSV-1) pada sel hela dengan konsentrasi 0,08-50 mg/m. Ekstrak itu tidak berefek mematikan virus, tetapi mengubah virus agar masuk ke dalam sel. Virus kemudian disintesis proteinnya hingga mengecil dan tak berdaya. Tak ada efek apa pun pada sel tubuh, bahkan mencegah pembesaran organ hati. Dosis spirulina yang aktif mematikan virus 0,173-26,3 mg/ml.

Kalsium spirulan

Efek antivirus spirulina berasal dari polisakarida sulfi t bernama kalsium spirulan. Ia menghambat replikasi virus yang terbungkus lemak. Tak hanya herpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang enyah, tapi juga human cytomegalovirus (HVMV), campak, mumps, dan influenza. Hayashi juga menemukan kalsium spirulan penghambat HIV-1.

Jika dibandingkan dengan dextran sulfat (DS)-zat sintesis anti-HIV-spirulina memiliki kekuatan 4-5 kali lebih besar. Sebab, kalsium spirulan bersifat antikoagulan lebih rendah dibanding DS, sehingga lebih mudah menghambat pergerakan virus. Kalsium spirulina juga memiliki waktu hidup pada aliran darah lebih lama dibandingkan DS. Oleh karena itu, spirulina digunakan dalam pengobatan AIDS.

Selain antivirus, spirulina juga terbukti antikanker. Penelitiannya dimotori oleh Mathew B dan Sankaranarayanan seperti dikutip Journal Nutrion of Cancer pada 1995. Riset itu melibatkan 87 pengidap leukopia-prakanker-akibat mengunyah tembakau. Sebanyak 44 orang diberi asupan spirulina 1 gram per hari, sedangkan 43 orang lainnya kapsul zat kimia untuk kanker. Hasilnya, sebaran kanker orang yang mengkonsumsi spirulina terhambat 45%, sedangkan yang mengasup obat kimia kanker hanya 7%.

Betakaroten juga berpengaruh terhadap kanker, kata Kabinawa. Menurut Henrickson dalam bukunya Spirulina, Earth Food, kandungan betakaroten spirulina paling tinggi dibandingkan sumber makanan lainnya, 23.000 IU per 10 g. Itu berarti 2 kali lebih tinggi daripada semangkuk wortel dan kentang, 4-5 kali lebih tinggi daripada Chlorella, atau 20 kali lebih tinggi daripada semangka. Lembaga Kanker Amerika membuktikan sayuran tinggi betakaroten menurunkan risiko semua jenis kanker.

GLA

Pada 1990, Iwata dan Munakata dalam Journal of Japan Society for Nutrition Food Science meneliti pengaruh spirulina terhadap pekerja berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Masing-masing pekerja diberikan 4,2 g serbuk spirulina per hari. Setelah 4 minggu terjadi penurunan 4,5% kadar kolesterol darah, dari 244 mg/dl menjadi 233 mg/dl dan LDL kolesterol turun 6,1%.

Oleh karena itu, periset Departemen Kesehatan dan Penyakit Dalam, Universitas Tokai, Jepang, menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping, sehingga baik bagi pencegahan penyakit jantung dan arteriosklerosis. Menurut Kabinawa, itu merupakan hasil kinerja GLA (gamma linoleic acid), prekursor prostaglandin tubuh. Prostaglandin berfungsi mengontrol hormon untuk menjalani fungsi tubuh seperti pengaturan tekanan darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan pembelahan sel.

Spirulina juga tak secara langsung membasmi penyakit-penyakit dalam tubuh. Penelitian Parada dan de Caire dari Universitas Buenos Aires, Argentina, menyebutkan asupan 5% spirulina meningkatkan populasi Lactobacillus dalam usus sebanyak tiga kali lipat dan menekan pertumbuhan cendawan Candida albicans.

Seperti dikutip International Journal of Food Microbiology, Parada membuktikan adanya peningkatan imunitas tubuh disebabkan kenaikan jumlah bakteri laktat seperti Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus. Pada manusia Lactobacillus memiliki 3 fungsi: meningkatkan pencernaan dan penyerapan makanan, melindungi dari infeksi, dan melindungi sistem kekebalan tubuh.

Jumlah bakteri asam laktat dalam tubuh yang sedikit menyebabkan penyerapan nutrisi makanan terganggu. Itu terjadi pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyerapan nutrisi rendah lantaran infeksi usus oleh Candida albicans. Itu sebabnya, ahli medis di Amerika Serikat kerap memberikan spirulina agar jumlah bakteri Lactobacilus naik dan Candida albicans hilang. Pada akhirnya, gizi makanan lebih mudah diserap tubuh dan kesembuhan pun diperoleh. Hingga hari ini penelitian tentang spirulina terus berjalan. Tujuannya mengungkap khasiat lain meski faedah ganggang hijau-biru itu amat banyak. Persis seperti warnawarni yang dipantulkan. sumber majalah trubus.