Senin, 05 April 2010

Kecil Sosoknya, Besar Manfaatnya

Disebut-sebut sebagai makanan abad ke-21, itu lumrah. Spirulina memang kaya gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak berlebihan bila Ir Fifi Widjaja M Nat Res, dosen senior di Institut Pertanian Bogor, menyatakan makhluk di dunia tidak akan kelaparan selama masih ada yang bernama alga-salah satu di antaranya spirulina. Kini terbukti beragam penganan berbahan spirulina dibuat. Rasanya, ehm?, menggoyang lidah.

Hampir tak percaya kue yang dibawa ke kantor redaksi Trubus oleh Nino Satrahusada dibuat dari spirulina. Bentuk dan kemasannya mirip kue bolu. Ini berbahan baku campuran spirulina, katanya. Komposisinya memang tidak diketahui. Mungkin lebih banyak bahan terigu atau gulanya ketimbang spirulina. Namun yang jelas rasanya gurih alami, bukan berasal dari monosodium glutamat.

Beberapa bulan sebelumnya, produsen mi terkenal di Jakarta juga membutuhkan alga hijau biru itu. Kami mau mencoba menambahkan spirulina ke dalam adonan mi. Maksudnya agar cita-rasa mi menjadi lebih sensasional, ungkap perempuan yang tidak mau disebut namanya itu. Hal serupa telah dilakukan keluarga Profesor I Nyoman Kabinawa di Bogor sejak belasan tahun lalu. Kalau masak mi instan, saya tambahkan spirulina. Ibu (istri Kabinawa, red) baru saja membuat puding dengan campuran spirulina, tutur ahli spirulina di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI Cibinong itu.

Sembilan jenis

Spirulina boleh jadi masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab, di tanahair sampai sekarang belum ada satu perusahan pun yang membudidayakannya. Semua produk spirulina yang beredar di pasaran didatangkan dari Taiwan atau Amerika Serikat. Padahal secara tidak sadar, jasad berukuran mikroskopis itu mungkin sering ditemui. Ia menghuni danau atau kolam terbuka di perairan tawar, payau, hingga laut.

Anda pernah melihat kubangan air berwarna hijau? Di situ kemungkinan ada spirulina menyatu dengan jenis-jenis alga lainnya, ucap Kabinawa, penemu varian lokal jenis Spirulina platensis. Meski berukuran sangat kecil, 2-5 mikron, tapi kumpulan spirulina yang mencapai ukuran maksimal 2 mm dapat dilihat dengan mata telanjang. Situ Ciburuy, Padalarang, dan Ranu Klakah, Jawa Tengah, adalah lokasi sebaran spirulina. Menurut Kabinawa ada 9 jenis spirulina yang dikenal selama ini: Spirulina platensis, S. maxima, S. subsalsa, S. priceps, S. curta, S. caldria, S. substilis, S. spiruloides, dan S. laxissima. Namun dari jumlah itu hanya S. platensis, S. maxima, dan S. subsalsa yang populer. Dua di antaranya yakni S. platensis dan S. maxima sudah dikembangkan secara komersial.

Sebuah perusahaan di Meksiko memproduksi Spirulina maxima 2 ton/hari. India, Israel, Amerika Serikat, Taiwan, dan Cina mengembangkan S. platensis. Mereka mengekspor spirulinanya ke hampir seluruh dunia. Termasuk Israel yang produksinya mencapai 120.000 ton/tahun baik untuk konsumsi manusia maupun hewan ternak. Subsalsa belum diusahakan besar-besaran karena endemik Peru, tutur pria berpenampilan eksentrik itu.

Gizi sama

Sebagai pembeda masing-masing jenis itu adalah morfologi, seperti ukuran sel dan panjang putaran spiral-spirulina berbentuk spiral. Spirulina terkecil dimiliki jenis caldria, 1 mikron; terbesar maxima mencapai 12 mikron. Platensis yang lokasi penyebarannya merata dari air tawar, payau, dan laut berkisar 3,5-5 mikron.

Sedangkan soal habitat tidak menjadi klasifikasi mutlak. Musababnya dengan diadaptasi selama 2-3 tahun, faktor salinitas yang secara teoritis menjadi pembatas bisa dikesampingkan. Artinya semua jenis memungkinkan dibudidayakan di air tawar, payau, hingga laut.

Meski berbeda jenis, pada dasarnya kandungan gizi spirulina sama. Perbedaan tidak terlalu mencolok terjadi karena lokasi pembudidayaan, teknik kultur dan media, serta pemrosesan yang berlainan. Spirulina platensis misalnya, dengan sistem dan teknik pembudidayaan tertentu kandungan proteinnya bisa mencapai 71%. Sebaliknya kandungan proteinnya melorot cuma 65% dengan sistem lain. Spirulina maxima yang banyak dibudidayakan di perairan laut kadar proteinnya berkisar 60-68%.

Itulah sebabnya ada perusahaan yang khusus memproduksi spirulina untuk konsumsi manusia dan ada pula yang khusus untuk pakan ternak karena perbedaan kandungan nutrisi. Spirulina yang beredar di pasaran umumnya mengandung protein 63-65%, karbohidrat 15-17%, lemak 2,4%, dan serat 1,76%. Unsur-unsur lainnya seperti kalsium, magnesium, zat besi, betakaroten, dan klorofil-a sangat bervariasi. Demikian rantai karbonnya berlainan karena berbeda lokasi pembudidayaan.

Spirulina yang dibudidayakan di air laut mengandung banyak omega 3 karena berantai karbon panjang, C25-C26. Yang di air tawar berantai karbon pendek, C18-C20, berarti omega 6-nya jauh lebih banyak. Namun, semua itu bisa dimodifikasi dengan teknik dan media pembudidayaan. Contohnya S. subsalsa kadar betakarotennya bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 0,1% menjadi 28%. Itu artinya 2.800 kali lebih tinggi dibanding wortel. Karena kandungan gizi yang demikian tinggi itulah spirulina digadang-gadang bisa menjadi suplemen kesehatan. sumber majalah trubus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar