Senin, 05 April 2010

Hadang Stroke dengan Spirulina

Adzan Subuh berkumandang. Soleh Ismail membangunkan Rahmalina untuk sholat Subuh berjamaah. Namun, betapa kagetnya Soleh, istrinya itu tak bisa bangkit dari pembaringan. Tubuh perempuan 66 tahun itu tak bertenaga. Meski Soleh membantunya, Rahmalina tetap tak bisa bangun. Ia benar-benar kehilangan kekuatan. Pagi itu juga Rahmalina dilarikan ke rumahsakit.

Kejadian berawal pada suatu hari, pertengahan April 2006. Suara adzan Magrib sore itu disambut Rahmalina dan Soleh dengan berbuka puasa. Kolak pisang yang tersaji di meja menggoda selera untuk disantap. ‘Jangan, itu manis,’ Soleh melarang Rahmalina yang berniat mencicipi kolak. Itu karena riwayat penyakit diabetes yang disandang Rahmalina. Namun, ibu 6 anak itu nekat mencicipinya sebanyak 2 sendok.

Tak disangka manisnya kolak berbuntut penderitaan. Itu persis Rahmalina alami pada 2005. Setelah mencicipi kolak, 15 hari akhirnya ia dirawat di rumahsakit. Kini, pengalaman itu terulang. Kadar gula Rahmalina melonjak 575 mg/dl; kadar gula normal setelah makan 110-160 mg/dl. Efeknya, menyerang ke bagian saraf, seluruh tubuhnya terasa lemas. ‘Ngga kuat bangun, rasanya lemas tak bertenaga,’ kata Rahmalina.

Dokter di rumahsakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, tempatnya dirawat, menyatakan Rahmalina mengalami penyempitan pembuluh darah di kepala. Selama opname, perempuan kelahiran Padang itu kerap disuntik insulin. Tak ketinggalan obat-obatan dalam bentuk kapsul dan cairan diasupnya. ‘Sampai bosan saya makan obat dan disuntik,’ keluh Rahmalina.

Toh kesembuhan bagai api jauh dari panggang. Kondisi nenek 6 cucu itu tak ada perubahan berarti. Sehari-hari ia hanya tergolek di ranjang rumahsakit. Karena harapan sembuh kecil, pihak rumahsakit merujuknya ke rumahsakit Pertamina, Mayestik, Jakarta Selatan. Di rumahsakit itu pun ia hanya bertahan 3 hari karena alasan tak ada kemajuan. Perempuan yang hobi memasak itu juga bosan dengan jarum suntik. ‘Saya tidak tahan lagi disuntik terus-terusan,’ kata Rahmalina.

Kembali berjalan

Pihak keluarga terus berupaya menyembuhkan penyakit Rahmalina. Beberapa ahli pengobatan alternatif disambangi, tetapi tetap tak ada hasil. Hingga suatu hari, Frans, putra Rahma, memberinya spirulina atas saran seorang teman. Menurut temannya, kandungan ganggang hijau biru itu dipercaya dapat mengurangi gejala beragam penyakit tanpa efek samping. Tanpa pikir panjang, 5 butir spirulina diasupnya rutin 3 kali sehari.

Dua minggu mengkonsumsi spirulina, perubahan mulai terlihat. ‘Saya sudah bisa duduk,’ kata wanita murah senyum itu. Sebelumnya, menahan bobot tubuh saja tak mampu sehingga ia sering jatuh lemas bila duduk tanpa penyangga. Sebulan kemudian, perubahan makin kentara. Ia mulai bisa berjalan meski sambil berpegangan. Wajahnya pun terlihat cerah dan segar. Anak keempat yang tinggal bersamanya pun melihat perubahan itu. ‘Alhamdulillah, mama sudah sehat,’ kata Rahmalina menirukan ucapan Frans.

Sejak itulah kadar gula Rahmalina terkontrol karena rutin mengkonsumsi spirulina. Hasil tes laboratorium kadar gula darah 155 mg/dl. Dengan kadar gula sebesar itu ia merasa sehat wal-afiat. Padahal sebelumnya ia membayangkan betapa menderitanya jika badannya tak bisa digerakkan sama sekali.

Radikal bebas

Kelumpuhan yang dialami Rahmalina bukan stroke. Stroke hanya menyerang sebagian anggota badan. Misalnya kaki dan tangan kiri saja, anggota tubuh bagian kanan tetap berfungsi. Sedangkan Rahmalina merasakan kedua tangan dan kakinya lemah, lebih tepatnya disebut arteriosklerosis.

Arteriosklerosis merupakan penyempit-an pembuluh darah karena adanya penyumbatan, penebalan, atau kurang lenturnya dinding arteri. Pada kondisi itu, bahan lemak terkumpul di bawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri. Menurut dr H. Arijanto Jonosewojo, SpPD, spesialis penyakit dalam RSU dr Soetomo Surabaya, pada penderita diabetes, darah mengental bisa mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi arteriosklerosis.

Penyumbatan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh: otak, jantung, ginjal, organ vital lain, lengan, dan tungkai. Jika terjadi di otak, arteriosklerosis berisiko menimbul-kan stroke iskemik. Stroke iskemik berarti tidak berfungsinya jaringan otak lantaran kurangnya darah yang membawa oksigen ke sana karena adanya penyumbatan pembuluh darah.

Radikal bebas menyebabkan arteriosklerosis. Spirulina mengandung antioksidan, seperti betakaroten, zeaxantin, fikosianin, asam amino, dan superoksida dismutase (SOD), yang berfungsi menetralisir reaksi radikal bebas. SOD berperan dalam melawan radikal bebas dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. Sementara betakaroten dan zeaxantin, mampu menghambat hidrogen peroksida.

Kandungan tokoferol (vitamin E) sebanyak 190 mg/kg pada spirulina juga membantu melawan pembentukan gumpalan darah. Penelitian Tom Saldeen MD, PhD, FACC dari Department of Forensic Medicine, University of Uppsala, Uppsala, Swedia, menunjukkan aktivitas antioksidan vitamin E mampu menurun-kan platelet agregasi dan menekan pembentukan gumpalan darah dalam pembuluh darah.

Rahma juga memperoleh manfaat penurunan kadar gula darah dari spirulina. Efek spirulina itu dibuktikan oleh Uliyar Mani, PhD dan rekan yang melakukan studi klinis pada 15 penderita diabetes. Hasil penelitian Department of Foods and Nutrition, M S University of Baroda, Gujarat, India, itu menunjukkan adanya penurunan gula darah secara signifikan setelah penderita diabetes mengasup spirulina 2 gram/hari selama 21 hari. Selain itu, asam gamma linolenik dalam alga itu berfungsi menurunkan kadar lemak dalam darah. GLA membentuk fospolipid membran sel mencegah terbentuknya asam lemak jenuh. sumber majalah trubus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar