Senin, 05 April 2010

Cegah si Upik Gugur

Dua kali toksoplasma merenggut janin Dwi Istikomah. Rutin mengkonsumsi ekstrak ganggang, Istikomah pun sukses menimang buah hati.

Sepulang kerja, Dwi Istikomah yang tengah hamil 3 bulan tiba-tiba letih luar biasa. Malam harinya ia demam dan pandangannya berkunang-kunang hingga jatuh pingsan. Nugroho Heri, sang suami, melarikan Istikomah ke rumahsakit. Dokter tak dapat mempertahankan janin lantaran Istikomah positif toksoplasma dengan angka IgG mencapai 166, seharusnya negatif. Keguguran pertama itu pada Oktober 2006.

Setelah kondisinya pulih, perempuan 28 tahun itu memperbaiki pola makan, memperbanyak konsumsi protein, vitamin, dan suplemen untuk meningkatkan stamina. Apoteker alumnus Universitas Setia Budi Surakarta itu kembali hamil setahun berselang. Namun, kehadiran janin itu membuat stamina Istikomah anjlok.

“Gejalanya seperti kehamilan pertama,” kata Istikomah. Tim dokter sebuah rumahsakit di Kudus, Jawa Tengah, menemukan antibodi antitoksoplasma positif dalam darahnya. Artinya, parasit Toksoplasma gondii itu masih berjangkit di rahimnya. Ia pun kembali harus kehilangan calon buah hatinya pada November 2007. Dua kali keguguran membuat Dwi patah arang.

Rentan

Toksoplasma yang menjangkiti Dwi Istikomah disebabkan protozoa parasit Toksoplasma gondii. Kehadiran protozoa itu dalam tubuh diuji dengan tes TORCH alias toksoplasma, rubella, CMV (cytomegalovirus), dan herpes. “Keempat penyakit itu salah satu penyebab gangguan kehamilan di dunia,” ungkap Dr Kerry R Kartosen SpOG, ginekolog dari Rumah Sakit Islam Hajar, Sidoarjo, Jawa Timur.

Penyakit ditularkan kalau orang mengkonsumsi daging setengah matang yang mengandung kista parasit. Jalan lain, penularan terjadi melalui tangan setelah berkebun atau memegang daging mentah. Gejala serangan berupa pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala, dan demam—persis yang dialami Istikomah.

Menurut Kerry usia kehamilan muda di bawah 6 bulan rentan terserang toksoplasma. Pasalnya, antibodi janin belum terbentuk sehingga parasit mudah menyerang. Akibat serangan itu terjadi keguguran. Kalau pun selamat sampai lahir, bayi cacat bawaan berupa kerusakan otak, tuli, atau kelainan mental. Janin aman dari toksoplasma pada usia kehamilan minimal 6 bulan. “Kalau stamina ibu kuat, parasit bakal dilumpuhkan. Biasanya seseorang yang pernah terjangkit toksoplasma bakal kebal,” kata Kerry.

Dr Zen Djaja, dokter sekaligus herbalis di Malang, Jawa Timur, menyatakan kasus Dwi terjadi lantaran parasit telanjur memproduksi racun yang tersimpan di kapiler pembuluh dan tersirkulasi dalam tubuh. “Ibunya memang sudah membentuk antibodi, tapi janinnya belum,” kata Zen. Saat darah ibu mengalir ke janin lewat plasenta, racun itu menyerang sel darah janin. Akibatnya pembentukan janin terganggu dan keguguran.

Itulah yang 2 kali dialami Istikomah. Awal 2008, seorang rekan kerja menyarankan Istikomah untuk mengkonsumsi spirulina. Namun, ia tak serta-merta menuruti saran itu. “Kapsul spirulina itu sempat beberapa hari saya biarkan di meja makan,” kata Istikomah. Namun, akhirnya ia mengkonsumsi 2 kapsul 2 kali sehari. Musababnya, sakit kepala yang menderanya lenyap beberapa jam usai menelan 2 kapsul.

Sepekan rutin mengkonsumsi, tubuhnya terasa segar saat bangun pagi. Sore hari sepulang kerja pun ia tidak merasakan letih seperti sebelumnya. Padahal, ketika pekerjaan menumpuk, Istikomah mesti melakukan pengujian kualitas secara maraton sampai acap melewatkan makan siang. “Tubuh saya terasa lebih fit,” kata Istikomah. Spirulina yang dikonsumsi Istikomah hasil budidaya di Jepara, Jawa Tengah.

Imunitas meningkat

Pada Oktober 2008, untuk ketiga kalinya Istikomah hamil. Lantaran 2 kehamilan terdahulu gugur menjelang bulan ketiga, ia mengkonsumsi 2 kapsul spirulina 2 kali sehari sampai bulan ke-4 kehamilan. Setelah itu ia menghentikan konsumsi spirulina. Akhirnya pada Juni 2009, Dwi melahirkan bayi perempuan berbobot 2,8 kg dan panjang 48 cm melalui bedah caesar. Persalinan mesti dilakukan lewat operasi lantaran posisinya terbalik alias sungsang.

Menurut Dr Zen, spirulina sebetulnya tidak bersifat antivirus, antibakteri, atau antiparasit. “Orang yang mengkonsumsi spirulina mendapat asupan gizi lebih baik sehingga kekebalan tubuhnya juga meningkat,” kata dokter alumnus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta itu.

Spirulina juga tinggi protein—1,6 kali kandungan protein tempe—menjadikannya sumber gizi potensial untuk perbaikan metabolisme dan regenerasi sel. Protein nabati lebih baik ketimbang protein hewani lantaran, “Desain sistem pencernaan manusia lebih mudah menyerap protein nabati ketimbang protein hewani,” kata Prof I Nyoman Kabinawa, peneliti alga di Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong, Bogor. Alga itu kaya asam amino, zat besi, serat, dan vitamin B lengkap. Tubuh Istikomah mampu memerangi protozoa parasit lantaran kekebalan meningkat. Sehingga impian menimang buah hati pun menjadi kenyataan. sumber majalah trubus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar