Senin, 05 April 2010

SPIRULINA

SPIRULINA

Spirulina (Arthospira) adalah jenis ganggang biru hijau dan sejak puluhan tahun yang lalu telah dijadikan makanan kesehatan melalui penelitian para ahli di dunia. Makanan yang di konsumsi manusia saat ini banyak menyebabkan bertumpuknya toksin dalam tubuh, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti: kanker, sakit jantung, imunitas menurun, fungsi organ tubuh menjadi lemah, dan lain-lain.

Spirulina mengandung: beta karotin (menguatkan pengelihatan), vitamin B-12 (membentuk sel darah merahdalam sum-sum tulang), zat besi (menguatkan sel darah merah dan system pertahanan tubuh), klorofil (membuang racun dalam badan), dan karotenoid (meningkatkan fungsi anti oksidan atau anti kanker).

Khasiat:

  • Meningkatkan aktivitas anti virus.
  • Menurunkan kadar kolesterol.
  • Menurunkan resiko terhadap serangan jantung.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Mengurangi keracunan pada ginjal.
  • Meningkatkan jumlah mikroba Lactobacillus yang terdapat pada tubuh
  • Mempercepat penyembuhan luka
  • Mengatasi masalah kekurangan zat/mineral
  • Mengurangi penderitaan akibat radiasi

Komposisi:

Setiap kapsul mengandung:
Protein dan asam amino 65%
Karbohidrat 20%
Mineral-mineral 7%
Lemak 5%
Air 3%
Zat besi 10 mg
Klorofil 100 mg
Karotenoid 37 mg


Riset Pembuktian Spirulina

Usia dr Ady Sucipto MPH masih muda ketika letih, mengantuk, keringat mengucur, dan pandangan mulai kabur menghampirinya. Saat itu ia menjelang 40 tahun. Dokter di Surakarta, Jawa Tengah, itu menyangka akibat kelelahan mengurus pasien. Biang kerok semua gangguan kesehatan itu kadar gula darah melebihi ambang batas, 300 mg/dl. Untuk mengatasi diabetes mellitus, ia mengkonsumsi 1 tablet diamicron 3 kali sehari.

Sepuluh tahun kemudian, kadar gula darah membumbung, 500 mg/dl. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu menolak penggunaan insulin yang dalam pemberiannya harus disuntikkan. Musabanya, ia takut jarum suntik. Rekannya, sesama dokter, akhirnya mengganti obat untuk menanggulangi penyakit kencing manis yang diidapnya. Berbagai obat diminum setiap hari sebagai pengganti insulin.

Efek mengkonsumsi obat kimia tampak 10 tahun kemudian. Hasil laboratorium menunjukkan, nilai protein urine Ady positif 4. Padahal, seharusnya negatif. Artinya ginjal tak mampu menyaring protein darah. Tekanan darah sang dokter melonjak 190 mmHg, nilai kadar gula 400 mg/dl dengan kadar insulin kurang dari 3, di bawah kadar normal 3-20.

Lantaran obat kimia tak mampu menyembuhkan, Ady melirik spirulina. Semula ia ragu spirulina mampu menuntaskan penyakit. Ia berpendapat, Kemungkinan besar malah merusak ginjal karena mengandung garam, katanya. Untuk meyakinkan, ia berkorespondensi dengan Bob Capelli, vice president Cyanotech di Kailua, Hawaii, Amerika Serikat. Cyanotech produsen terbesar spirulina di dunia dengan produksi 30 ton per bulan.

Ketika berselancar di dunia maya, Ady Sucipto memperoleh informasi penting. Protein nabati dalam spirulina berisi asam amino yang tidak membebani fungsi ginjal, malah memperbaikinya. Selain itu spirulina juga meningkatkan fungsi pankreas untuk menghasilkan insulin.

Terbukti klinis

Mulailah Ady Sucipto mengkonsumsi 5 tablet spirulina 2 kali sehari. Tubuh lebih bugar. Selama 1,5 tahun mengkonsumsi spirulina, tak ada keluhan yang dirasakan berkaitan dengan diabetes dan hipertensi. Ia penasaran sehingga mengecek darah ke laboratorium. Hasilnya, menggembirakan. Kadar gula dalam darah 127 mg/dl, kadar insulin darah 12, dan nilai protein urin negatif. Kesimpulannya dr Ady sembuh diabetes tanpa harus disuntik insulin.

Sembuhnya sang dokter dari diabetes banyak dibuktikan oleh periset seperti Takai. Seperti dikutip Japan Society for Nutrition Food Science, ahli nutrisi itu menyatakan, spirulina efektif menurunkan serum glukosa puasa dan glukosa makan. Studi klinis melibatkan 15 pasien diabetes. Penurunan gula darah puasa signifi kan setelah 21 hari mengkonsumsi 2 gram spirulina per hari.

Dalam uji praklinis, spirulina terbukti tokcer menurunkan tekanan darah pada tikus. Begitulah hasil riset Iwata K dari Kagawa Nutrition University, Jepang. Yang paling berpengaruh dalam penurunan tekanan darah adalah asam araknoidat dan nitrat oksida yang menghasilkan cyclooksigenase, pengatur sirkulasi darah.

Asam lemak GLA (gamma linoleic acid) dalam spirulina juga berpengaruh, kata Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI. GLA merangsang hormon prostaglandin yang mengontrol tekanan darah, sintesis kolesterol, inflamasi, dan pembelahan sel.

Earl Mindell RPh PhD, profesor nutrisi di Pacifi c Western University, Amerika Serikat, mengungkapkan spirulina sumber klorofil tertinggi yang kaya mineral seperti besi, kalsium, seng, potasium, dan magnesium. Vitamin A, B kompleks, dan fenilalanin, menekan selera makan sehingga konsumsi gula dari karbohidrat kompleks dapat dikurangi. Alga mikro itu juga mengandung protein densitas tinggi dan karbohidrat sederhana yang menghasilkan energi tanpa memerlukan insulin berlebihan untuk mencernanya. Dengan begitu, kadar gula darah tetap terkontrol.

Myoma

Spirulina tak hanya menyembuhkan diabetes mellitus. Ratna Tanudjadja di Jakarta menderita myoma. Hasrat sembuh mendorong Ratna mengkonsumsi spirulina cair 3 kali sehari masing-masing satu sachet isi 10 ml. Sebulan berselang, nyeri saat menstruasi mereda. Hasil pemeriksaan ulang, ukuran myoma di rahimnya hilang sama sekali. Menurut Richard Kozlenko DPM PhD MPH, ahli biokimia nutrisi dari University of South Carolina, spirulina menghambat tumor dan kanker. Myoma salah satu tumor karena pertumbuhan sel otot rahim tidak terkontrol. Kelainan pertumbuhan sel itu disebabkan oleh rusaknya DNA. Biasanya kerusakan DNA diperbaiki oleh enzim endonukleus. Radikal bebas menonaktifk an aktivitas enzim itu sehingga memicu tumor. Polisakarida spirulina meningkatkan aktivitas enzim endonukleus dan memperbaiki sintesis DNA.

Peneliti-peneliti lain membuktikan, kalsium-spirulan atau ekstrak air spirulina yang telah dimurnikan bersifat antivirus. Senyawa itu molekul gula terpolimerisasi yang mengandung sulfur dan kalsium. Hamster yang diberi ekstrak spirulina, lebih tahan terhadap infeksi virus herpes. Uji antiviral juga dilakukan pada sel manusia dan kera yang dikulturkan pada media. Kedua sel itu kemudian diinfeksi oleh virus HIV-1, herpes simpleks, sitomegalovirus, influenza. Hasilnya, perkembangan keenam virus itu terhambat.

Menurut Richard sebelum menyerang virus menempelkan dirinya pada membran sel. Kemudian virus menembus membran dan menginfeksi sel. Berkat spirulina, membran sel tubuh menguat sehingga virus gagal menembus membran. Sel tubuh pun aman dari infeksi. Karena tidak mendapatkan inang, virus tak bisa memperbanyak diri. Akibatnya, ia terbunuh oleh sistem kekebalan tubuh.

Dengan efek terapi seperti itu, spirulina berpotensi untuk mengobati AIDS. Maraknya penelitian keampuhan spirulina menyembuhkan berbagai penyakit, membuat beberapa dokter tak segan menyarankan spirulina untuk pengobatan. Dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur, sejak 2 tahun lalu meresepkan spirulina. Ia mengatakan, spirulina bermanfaat untuk pemulihan banyak penyakit, terutama yang berkaitan dengan degeneratif (menurunnya fungsi-fungsi sel).

Kandungan gizinya amat lengkap, ia juga kaya vitamin, mineral, protein, dan sebagai sumber klorofil, katanya. Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi untuk membangun sel-sel tubuh.

Uji klinis menunjukkan spirulina ampuh mengatasi kolesterol tinggi. Tanaman bersel satu itu digunakan sebagai diet para pekerja berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Dosis konsumsi 4,2 g serbuk spirulina setara 8 tablet per hari. Sebulan kemudian, kadar kolesterol darah turun 4,5% dari 244 menjadi 233. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol turun 6,1%. Periset Universitas Tokai, Jepang, yang menguji klinis menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah sehingga sangat baik untuk penyakit jantung dan arteriosklerosis.

Hasil uji prakinis di Jepang membuktikan anggota famili Cyanophyceae itu mengurangi keracunan ginjal terhadap logam berat merkuri dan beberapa antibiotik. Riset diarahkan pada dua indikator yaitu nitrogen darah dalam bentuk urea dan serum kreatin. Bila tikus percobaan diberi 30% spirulina, nitrogen darah dan serum kreatin menurun secara drastis. Bahkan setelah tikus-tikus percobaan diinjeksi dengan dosis merkuri tinggi, nitrogen darah bertambah 310%. Setelah diberikan spirulina, beberapa jam kemudian nitrogen darah turun menjadi 209%. Begitu juga serum kreatin, dari 198% turun menjadi 157.

Keunggulan spirulina asam nukleatnya lebih rendah ketimbang bakteri. Jadi tidak menyebabkan penyakit ginjal, ujar peneliti alga Pusat penelitian dan pengembangan Oseanologi Drs Sutomo MSi. Berbagai penelitian itu mengungkapkan keistimewaan spirulina. Meski ukurannya superliliput, 1 mm, tetapi faedahnya amat besar. Dan itu dibuktikan melalui serangkaian riset. sumber majalah trubus.

Spirulina Obat Manjur Abad ke-21

Spirulina dikenal sebagai pangan kesehatan terbaik abad ke-21. Kini di berbagai daerah muncul pembudidaya spirulina berkualitas tinggi.

Sri Hatmini ingat persis ketika menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker payudara stadium II. Usai kemoterapi, perempuan kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juni 1939 itu mual, hilang nafsu makan, dan kuku-kuku menghitam. ”Yang lain malah banyak yang botak (akibat rambut rontok, red),” ujar Hatmini. Munifah juga mengidap kanker payudara dan menjalani kemoterapi serta penyinaran di RS dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, pada 2008.

Bedanya perempuan 51 tahun itu merasa bugar selama menjalani kemoterapi dan penyinaran. Efek samping kemoterapi tak ia rasakan sama sekali. Rahasianya ia rutin mengkonsumsi 5 kapsul spirulina 3 kali sehari. Menurut dr Zen Djaja, dokter di Malang, Jawa Timur, kemoterapi dan penyinaran bukan hanya membunuh sel kanker, tetapi juga merusak sel sehat. Analoginya seperti membunuh seekor tikus di lumbung padi dengan cara membakar lumbung.

Tikus mungkin mati, tetapi padi juga hangus. Dalam konteks kemoterapi, padi mewakili sel-sel sehat. Mengapa Munifah bugar tanpa efek samping selama menjalani kemoterapi dan penyinaran? “Spirulina meningkatkan sistem imunitas. Sel-sel sehat diperkuat sehingga mampu menyingkirkan sel-sel kanker yang dianggap sebagai benda asing. Sel-sel normal menolak benda asing,” kata Zen yang 4 tahun terakhir meresepkan spirulina kepada para pasiennya.

Menurut Zen sel kanker tak mempunyai metabolisme. Itulah sebabnya hanya sel-sel normal yang diperkuat ketika Munifah mengkonsumsi tumbuhan bersel satu itu. Makanan kesehatan abad ke-21 itu juga mengandung senyawa GLA yang menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan klorofil dalam spirulina menyumbangkan energi. Dengan perpaduan senyawa-senyawa itu, Munifah pun bugar sepanjang menjalani kemoterapi.

Teknologi mutakhir

Spirulina yang dikonsumsi Munifah hasil budidaya PT Trans Pangan Spirulindo (TPS) di Teluk Awur, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ketika Trubus ke sana tampak bak-bak berisi air kehijauan, pipapipa, dan selang berkelindan di bangunan yang berderet-deret di lahan 4 ha. Di bak-bak itulah TPS membibitkan Spirulina platensis. TPS mengelola 5 kolam dari 9 kolam tersedia di sana. Ukuran kolam 20 m x 10 m.

Perusahaan pangan itu membudidayakan spirulina dengan teknologi mutakhir. Media spirulina berupa air laut yang dimurnikan dengan filter mekanik, biologis, kimiawi, dan sinar ultraviolet. Penyaring mekanik berupa mesin diesel 11,4 PK berkekuatan sedot 30 m3 per jam. Mesin menyedot air laut melalui pipa-pipa besi berdiameter 25 cm yang ditanam di bawah dermaga. Dari pompa diesel, air mengalir ke pompa filter berkekuatan 15 m3 per jam.

Di pompa filter itulah terjadi penyaringan mekanik dengan 2 tingkat ukuran filter. Setelah itu barulah dilakukan penyinaran ultraviolet. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, menjaga salinitas air pada 20 – 30 ppt persis habitat asli Spirulina platensis. Jika salinitas lebih besar, ia menambahkan air tawar. Sebaliknya bila salinitas anjlok, ia menambahkan air laut. Alumnus Biologi Universitas Gadjah Mada itu mensterilkan air di bak penampungan dengan memberi 30 ppm kaporit. Air diendapkan semalam dengan blower menyala untuk menghilangkan ion klorin (Cl-) dari ikatan kaporit sehingga keluar menjadi gas klorin (Cl2). Penyaringan air berikutnya secara mekanik dengan saringan 1 mikron. Setelah itu diblower sehari semalam agar kandungan oksigen naik kembali. Air steril itulah yang dimanfaatkan sebagai media spirulina. Sejak air disedot sampai siap pakai, memerlukan waktu minimal 3 hari.

Mutu

Singkat kata TPS memproduksi spirulina dengan tingkat higienitas amat tinggi. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, mengatakan kapasitas produksi TPS 300 kg spirulina sepekan. Namun, kini produksi baru 120 kg per bulan. Pada Maret 2010 TPM meningkatkan produksi sesuai kapasitas mesin. Spirulina dari TPS itulah yang antara lain dikonsumsi Munifah.

Itu membuktikan bahwa kualitas spirulina itu setara dengan spirulina impor yang kini banyak beredar di Indonesia. Hasil uji laboratorium Balai Besar Industri Agro menunjukkan spirulina produksi TPS antara lain mengandung 69% protein, 377 kal energi, 189 mg vitamin C, dan 1.376 mg fosfor. Itu setara standar mutu spirulina dari mancanegara. Aunu Rofiq dari TPS mengatakan seorang importir yang biasa mendatangkan spirulina dari Tiongkok meragukan hasil laboratorium itu.

Ia membawa sampel dan menguji ulang di Kualalumpur, Malaysia. Hasilnya sama. Oleh karena itu importir memesan rutin 20.000 botol spirulina masing-masing 60 kapsul per bulan. Sayangnya, perusahaan itu enggan membeberkan soal harga jual dan biaya produksi. Selain TPS, pembudidaya lain spirulina adalah Sadewa Sanubari – nama samaran – dan Dr Noorsalam Nganro di Bandung, Jawa Barat.

Sanubari membudidayakan Spirulina platensis di bak-bak beton berukuran masing-masing 8 m x 2 m x 0,3 m itu berjajar dengan jarak 50 cm. Satu-satunya perlengkapan “modern” di bak-bak itu hanyalah aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut. Lokasi budidaya di ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Umur produksi spirulina relatif singkat, 7 – 9 hari.

Dari bak-bak sedalam 20 cm itu, ia rutin memanen 100 kg spirulina kering per bulan. Itu untuk memenuhi permintaan 4 produsen suplemen. Spirulina produksi Sanubari juga bermutu tinggi.

Berkhasiat

Spirulina baik lokal maupun mancanegara layak menjadi suplemen lantaran kandungan gizinya lengkap dan mudah diserap tubuh (baca: ilustrasi). Menurut dr Otjoeng Handajanto, ahli terapi kolon di Bandung, spirulina merupakan pangan yang 100% bersifat basa. Tubuh memerlukan makanan basa minimal 80% dan maksimal 20% makanan bersifat asam. Contoh makanan bersifat asam adalah daging dan telur; pangan basa, buah dan sayuran.

Sel-sel kanker bersifat anaerob alias hidup dan mudah berkembang biak tanpa oksigen. Ketika konsumsi pangan bersifat asam berlebih, menyebabkan penggumpalan darah. Kadar oksigen darah berkurang. Konsumsi spirulina mengencerkan darah agar kadar oksigen terlarut meningkat. Bagi pasien kanker, spirulina menaikkan pH darah yang asam, 6 – 5,7; pH darah normal, 7,3.

Sedangkan bagi orang yang sehat konsumsi spirulina sebagai pangan bersifat basa membantu mencegah sel kanker. Spirulina terbukti sebagai bahan pangan bergizi lengkap. Konsumsi spirulina rutin mampu membangun kesehatan yang prima. Persis anjuran bapak kedokteran, Hipokrates: jadikan makanan sebagai obatmu. sumber majalah trubus.

Olah Spirulina : Saat Liliput Berubah Wujud

Hamparan jaring peneduh yang melingkupi 2 hektar lahan di Distrik Dong Ying, Provinsi Shandong, RRC Utara, terlihat megah. Di bawahnya tampak kolam-kolam berukuran besar berisi air kehijauan. Dari sanalah serbuk-serbuk spirulina yang tengah dikemas karyawan sebuah pabrik di kawasan Cikarang, Bekasi, berasal. Fenomena itu tak ubahnya di Kepong, Malaysia yang mengemas spirulina kiriman dari Hawaii, Amerika Serikat.

Spirulina yang dipasarkan dalam berbagai kemasan di tanahair memang semuanya impor, antara lain dari Cina, Jepang, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia bukannya tidak ada tempat cocok untuk pengembangbiakan makhluk berukuran mikroskopik itu. Alasan belum ada investor yang memandang spirulina sebagai makanan kesehatan itulah yang paling tepat dikedepankan.

Memang tidak banyak tempat bisa dijadikan ladang pengkulturan spirulina. Jasad liliput itu butuh persyaratan spesifik untuk hidupnya. Selain perairan basa, pH di atas 8,5, tempat itu harus steril dari pencemaran udara, seperti debu dan zat-zat kimia berbahaya. Bahkan menurut Prof Riset I Nyoman Kabinawa, ahli teknologi kultur mikroalga Indonesia, lingkungan pun harus tenang.

Itulah sebabnya Ultra Trend Biotech produsen Spiruplus memilih Dong Ying di Provinsi Shandong, RRC Utara, untuk lokasi budidaya. Kami butuh waktu 1 bulan untuk mengapalkan serbuk spirulina hingga Cikarang, ungkap Billy Gan, presiden direktur Ultra Trend Biotech Indonesia.

Pembudidayaan spirulina juga dilakukan oleh Cyanotech Company di Hawaii, Amerika Serikat, tetapi kondisi tempatnya berbeda. Produsen spirulina yang didistribusikan dengan nama Luxor itu menambang spirulina di lautan bebas. Hampir tak ada perbedaan cara pengolahannya. Sebab, keduanya sama-sama dibudidayakan di aliran air tenang. Berikut pembudidayaan spirulina seperti yang dituturkan Billy Gan dari Ultra Trend Biotech dan Bob Capelli dari Cyanotech Company langsung kepada Trubus.

  1. Kedua perusahaan, Ultra Trend Biotech dan Cyanotech Company membudidayakan jenis Spirulina platensis. Bibit spirulina diperoleh secara kultivasi di laboratorium. Setelah penyeleksian selesai, terpilihlah bibit spirulina terbaik. Bibit itu lantas dimasukkan ke dalam galon masing-masing bervolume 19 liter. Galon itu berisi nutrisi agar ganggang biru-hijau itu tumbuh lebih cepat. Sebab, untuk mengisi seluruh kolam paling tidak dibutuhkan bibit sebanyak 10 galon.
  2. Bibit itu dimasukkan ke dalam kolam perbanyakan. Pemindahan bibit dilakukan pada awal Mei. Pada bulan itu suhu di Dong Ying cukup hangat, 20?C, cocok untuk memulai budidaya. Kolam terbuat dari semen, berukuran tinggi 60 cm, lebar 6 m, dan panjang mencapai 100 m. Kolam ini diisi air tawar sampai ketinggian 30 cm. Air yang digunakan dipompa dari dalam tanah agar kebersihannya terjamin. Beda halnya dengan pembudidayaan spirulina di Cyanotech Company. Sumber air yang digunakan berasal dari dasar laut yang kedalamannya mencapai 6.000 meter. Air itu masih murni dengan kandungan mineral lengkap, kata Bob Capelli.
  3. Setiap kolam dilengkapi pemutar yang digerakkan listrik, dengan kecepatan 3-4 m/detik. Pemutar ini digunakan untuk mengaduk air kolam, sehingga semua bibit spirulina dapat memperoleh sinar matahari. Apabila air tidak diputar, sinar matahari hanya mengenai spirulina di permukaan atas kolam. Setiap hari ditambahkan mineral ke dalam kolam. Unsur-unsur seperti nitrogen, potasium, besi, serta unsur penting lainnya dapat meningkatkan kualitas spirulina.
  4. Musim tanam atau penyebaran bibit spirulina dilakukan pada Mei hingga Oktober. Spirulina sudah bisa dipanen 3-5 hari kemudian. Pemanenan dilakukan setiap hari. Bahkan, saat puncak musim panas, panen spirulina berlangsung setiap jam agar terhindari dari ledakan populasi. Cara panen, air kolam di pompa dan dimasukkan ke penyaring. Lantas spirulina yang tersaring dicuci menggunakan air bersih agar semua kotoran hilang. Setelah bersih, spirulina itu dikeringkan lantaran masih mengandung 80% air. Sedangkan air yang keluar dari saringan dimasukkan kembali ke dalam kolam.
  5. Spirulina yang telah dicuci dimasukkan ke spray drier. Panas yang disemprotkan mesin mengubah bentuk spirulina, dari cairan menjadi bubuk kering. Teknologi lain diaplikasikan Cyanotech. Pengalaman 23 tahun memproduksi spirulina Cyanotech menemukan proses teknologi ocean chill drying. Proses pengeringan beku itu menjamin tidak terjadinya oksidasi terhadap karoten dan asam lemak spirulina. Produk bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
  6. Bubuk spirulina dikemas dalam vacuum pack lalu disimpan ke dalam tong terbuat dari kertas. Dari Shandong, Cina, Ultra Trend Biotech mengirimkan 200 tong masing-masing berisi 50 kg bubuk spirulina melalui laut ke Indonesia. Setelah 30 hari perjalanan, sampailah di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan Cyanotech mengirimkan bubuk spirulinanya ke Kepong, Kualalumpur, Malaysia.
    Setibanya di pabrik pengemasan, bubuk spirulina langsung masuk ruang penyimpanan berpendingin. Saat akan diolah serbuk berwarna hijau itu baru dikeluarkan. Ada yang memasukkan serbuk itu ke dalam kapsul, ada juga yang dibentuk menjadi tablet. Dalam satu hari, masing-masing perusahaan mampu mencetak 250.000 kapsul dan tablet spirulina. Setelah dikemas dalam botol dan kardus, produk siap dipasarkan ke konsumen di seluruh Indonesia. sumber majalah trubus.

Kecil Sosoknya, Besar Manfaatnya

Disebut-sebut sebagai makanan abad ke-21, itu lumrah. Spirulina memang kaya gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak berlebihan bila Ir Fifi Widjaja M Nat Res, dosen senior di Institut Pertanian Bogor, menyatakan makhluk di dunia tidak akan kelaparan selama masih ada yang bernama alga-salah satu di antaranya spirulina. Kini terbukti beragam penganan berbahan spirulina dibuat. Rasanya, ehm?, menggoyang lidah.

Hampir tak percaya kue yang dibawa ke kantor redaksi Trubus oleh Nino Satrahusada dibuat dari spirulina. Bentuk dan kemasannya mirip kue bolu. Ini berbahan baku campuran spirulina, katanya. Komposisinya memang tidak diketahui. Mungkin lebih banyak bahan terigu atau gulanya ketimbang spirulina. Namun yang jelas rasanya gurih alami, bukan berasal dari monosodium glutamat.

Beberapa bulan sebelumnya, produsen mi terkenal di Jakarta juga membutuhkan alga hijau biru itu. Kami mau mencoba menambahkan spirulina ke dalam adonan mi. Maksudnya agar cita-rasa mi menjadi lebih sensasional, ungkap perempuan yang tidak mau disebut namanya itu. Hal serupa telah dilakukan keluarga Profesor I Nyoman Kabinawa di Bogor sejak belasan tahun lalu. Kalau masak mi instan, saya tambahkan spirulina. Ibu (istri Kabinawa, red) baru saja membuat puding dengan campuran spirulina, tutur ahli spirulina di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI Cibinong itu.

Sembilan jenis

Spirulina boleh jadi masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab, di tanahair sampai sekarang belum ada satu perusahan pun yang membudidayakannya. Semua produk spirulina yang beredar di pasaran didatangkan dari Taiwan atau Amerika Serikat. Padahal secara tidak sadar, jasad berukuran mikroskopis itu mungkin sering ditemui. Ia menghuni danau atau kolam terbuka di perairan tawar, payau, hingga laut.

Anda pernah melihat kubangan air berwarna hijau? Di situ kemungkinan ada spirulina menyatu dengan jenis-jenis alga lainnya, ucap Kabinawa, penemu varian lokal jenis Spirulina platensis. Meski berukuran sangat kecil, 2-5 mikron, tapi kumpulan spirulina yang mencapai ukuran maksimal 2 mm dapat dilihat dengan mata telanjang. Situ Ciburuy, Padalarang, dan Ranu Klakah, Jawa Tengah, adalah lokasi sebaran spirulina. Menurut Kabinawa ada 9 jenis spirulina yang dikenal selama ini: Spirulina platensis, S. maxima, S. subsalsa, S. priceps, S. curta, S. caldria, S. substilis, S. spiruloides, dan S. laxissima. Namun dari jumlah itu hanya S. platensis, S. maxima, dan S. subsalsa yang populer. Dua di antaranya yakni S. platensis dan S. maxima sudah dikembangkan secara komersial.

Sebuah perusahaan di Meksiko memproduksi Spirulina maxima 2 ton/hari. India, Israel, Amerika Serikat, Taiwan, dan Cina mengembangkan S. platensis. Mereka mengekspor spirulinanya ke hampir seluruh dunia. Termasuk Israel yang produksinya mencapai 120.000 ton/tahun baik untuk konsumsi manusia maupun hewan ternak. Subsalsa belum diusahakan besar-besaran karena endemik Peru, tutur pria berpenampilan eksentrik itu.

Gizi sama

Sebagai pembeda masing-masing jenis itu adalah morfologi, seperti ukuran sel dan panjang putaran spiral-spirulina berbentuk spiral. Spirulina terkecil dimiliki jenis caldria, 1 mikron; terbesar maxima mencapai 12 mikron. Platensis yang lokasi penyebarannya merata dari air tawar, payau, dan laut berkisar 3,5-5 mikron.

Sedangkan soal habitat tidak menjadi klasifikasi mutlak. Musababnya dengan diadaptasi selama 2-3 tahun, faktor salinitas yang secara teoritis menjadi pembatas bisa dikesampingkan. Artinya semua jenis memungkinkan dibudidayakan di air tawar, payau, hingga laut.

Meski berbeda jenis, pada dasarnya kandungan gizi spirulina sama. Perbedaan tidak terlalu mencolok terjadi karena lokasi pembudidayaan, teknik kultur dan media, serta pemrosesan yang berlainan. Spirulina platensis misalnya, dengan sistem dan teknik pembudidayaan tertentu kandungan proteinnya bisa mencapai 71%. Sebaliknya kandungan proteinnya melorot cuma 65% dengan sistem lain. Spirulina maxima yang banyak dibudidayakan di perairan laut kadar proteinnya berkisar 60-68%.

Itulah sebabnya ada perusahaan yang khusus memproduksi spirulina untuk konsumsi manusia dan ada pula yang khusus untuk pakan ternak karena perbedaan kandungan nutrisi. Spirulina yang beredar di pasaran umumnya mengandung protein 63-65%, karbohidrat 15-17%, lemak 2,4%, dan serat 1,76%. Unsur-unsur lainnya seperti kalsium, magnesium, zat besi, betakaroten, dan klorofil-a sangat bervariasi. Demikian rantai karbonnya berlainan karena berbeda lokasi pembudidayaan.

Spirulina yang dibudidayakan di air laut mengandung banyak omega 3 karena berantai karbon panjang, C25-C26. Yang di air tawar berantai karbon pendek, C18-C20, berarti omega 6-nya jauh lebih banyak. Namun, semua itu bisa dimodifikasi dengan teknik dan media pembudidayaan. Contohnya S. subsalsa kadar betakarotennya bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 0,1% menjadi 28%. Itu artinya 2.800 kali lebih tinggi dibanding wortel. Karena kandungan gizi yang demikian tinggi itulah spirulina digadang-gadang bisa menjadi suplemen kesehatan. sumber majalah trubus.

Camilan Kaya Gizi

Lima abad lalu penduduk di sekitar Danau Texcoco, Meksiko, memiliki kebiasaan menyantap camilan biskuit setiap hari. Namun, bukan sembarang biskuit yang dilahap. Biskuit yang disebut tecuitlatl itu dibuat dari ganggang biru kehijauan yang diperoleh dari kedalaman danau. Karena rajin memakan biskuit itu penduduk Danau Texcoco jarang sakit.

Nun di Danau Chad, Afrika, penduduk Kanembu pun sehat-sehat. Setelah diselidiki mereka diketahui sering mengkonsumsi dihe. Penganan mirip kue kering itu dibuat dari spirulina. Penduduk mengumpulkannya dengan kelambu pada musim panas saat terjadi booming spirulina di danau. Suku Aztec malah sudah sejak lama memanfaatkan spirulina untuk memperbaiki gizi mereka, ujar Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, guru besar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Menurut Ali, spirulina bisa memperbaiki gizi karena ia mengandung 70% protein. Asam-asam amino yang terkandung di dalamnya berperan memperbaiki sel-sel rusak dan meningkatkan sistem imun tubuh. Karena itu sejak lama spirulina sudah dimanfaatkan manusia, ujarnya.

Asam amino esensial

Protein dalam spirulina tersusun dari asam amino esensial yang tidak dimiliki tubuh seperti valin dan isoleosin. Padahal, asam amino itu berperan mengganti protein yang rusak. Konsumsi spirulina 36 g per hari sudah bisa mencukupi kebutuhan asam amino bagi tubuh orang dewasa, ujar Prof Dr dr Alfred A Djajakusumah, ahli biokimia kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Bukti serupa diungkapkan Clare M. Hasler, PhD dari Department of Food Science and Human Nutrition, University of Illinois, di Amerika Serikat. Clare menyebutkan susunan protein spirulina berguna memperkuat struktur dan fungsi sel-sel makhluk hidup. Itu karena spirulina mengandung zat proteinogenik yang berfungsi sebagai sistem pengatur metabolisme tubuh. Sedikitnya setiap 10 g spirulina yang dikonsumsi memberikan kontribusi protein setara 5,5-7 g bagi tubuh, ujar Ali Khomsan.

Berdasarkan hasil uji coba J.E Pinero Estrada dari Departemen Farmakologi, Universitas Madrid di Spanyol, spirulina diketahui kaya antioksidan karena kandungan beberapa pigmen pembentuk protein seperti phykosianin, zeasantin, dan klorofi l. Phykosianin merupakan antioksidan pelindung hati dan ginjal. Zeasantin melindungi mata terutama saat berusia lanjut. Klorofi l bersifat antikanker dan antiracun.

Antioksidan

Ganggang biru kehijauan itu juga memiliki vitamin dan mineral yang lengkap. Spirulina termasuk satu-satunya tumbuhan yang mengandung vitamin B kompleks terlengkap: B1, B2, B3, B6, dan B12. Setiap 10 g spirulina mengandung vitamin B1 (thiamin) 0,31 mg, B2 (riboflavin) 0,35 mg, B3 (niacin) 1,46 mg, B6 (pyridoxine) 80 mcg, dan B12 (cobalamine) 32 mcg.

Peran vitamin B sangat penting. Misal vitamin B12, membantu pembentukan sel darah merah, sumsum tulang, dan memperbaiki sistem saraf. Vitamin B12 juga dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Vitamin B12 merupakan koenzim yang penting untuk sintesis DNA dalam mengontrol pembentukan sel-sel baru, ujar doktor ilmu home economics education dari Iowa State University di Amerika Serikat itu.

Vitamin A dan betakaroten yang demikian tinggi di dalam spirulina-23.000 IU per 10 g-memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kandungan betakaroten dalam spirulina mencapai 10 kali lipat lebih banyak daripada lobak dan wortel, ujar Ali Khomsan. Mereka dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan sel-sel tubuh, dan memperbaiki fungsi mata. Peran lain sebagai tembok penghalang berkembangnya tumor ganas dan perubahan kromosom.

Menurut Ali Khomsan, vitamin A, D, B12, betakaroten, dan mineral yang dimiliki spirulina mempunyai peranan penting dalam pembentukan tulang. Vitamin D bersama kalsium dapat memperkuat tulang dan gigi. Hasil penelitian Carlos Jime'nez dari Department of Ecology, University of Malaga di Spanyol Menunjukkan kalsium selain mengeraskan tulang, juga berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

C. Wayne Weart dari Department of Pharmacy, University of South Carolina di Amerika Serikat mengungkap mineral lain yang terkandung dalam spirulina seperti magnesium, zink, selenium, dan zat besi memiliki peran tak kalah penting. Zink misalnya membantu memastikan fungsi-fungsi enzim di tubuh berjalan sempurna. Yang lain seperti selenium mampu mencegah gondok. Zat besi pada spirulina 58 kali lebih banyak daripada bayam dan 18 kali lebih tinggi dari daging, ujar Ali Khomsan. Zat besi itu selain ikut membantu pembentukan darah juga menguatkan sistem imun.

Karena kandungan yang luar biasa itu, spirulina dijadikan suplemen kesehatan. Ia disebut-sebut sebagai makanan abad 21. Paling tidak 12 penghargaan dari badan-badan pangan dan kesehatan dunia disematkan kepada yang namanya spirulina. Pantas saja berjuta-juta pil spirulina telah diproduksi untuk membantu masyarakat yang malnutrisi dan untuk mengatasi berbagai penyakit. (Hermansyah)

Protein spirulina dibandingkan komoditas lain
Nutrisi Kandungan (%DV)
Vitamin A 460
Betakaroten 460
Vitamin B-12 330
Vitamin D 300
Zat besi 80
Selenium 14
Magnesium 10
Seng 2
Nutrisi spirulina dalam persentase
angka kecukupan konsumsi per 10 g
Makanan Kandungan protein (%)
Spirulina 60-70
Kacang kedelai 30-35
Daging lembu 18-22
Ikan 16-20
Telur 12-16
Tahu 8
Susu 3

Sumber: Sureco muhibah network, http://www.spirulina.com/, dan telah diolah dari berbagai sumber.

Singkap Tabir Faedah Bianglala

Mata kanan Prof I Nyoman Kabinawa mengintip lensa okuler pada mikroskop. Wajahnya berbinar ketika periset Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahunan Indonesia itu melihat cahaya hijau, biru, merah, dan kuning. Warna bak pelangi itu dipantulkan oleh spirulina yang diambil dari Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Melihat warna-warni spirulina, Prof I Nyoman Kabinawa yakin, Pasti spirulina kaya pigmen. Pigmen itu zat warna alami yang mengindikasikan makhluk supermini itu kaya nutrisi. Itulah penelitian Kabinawa pada awal 1980. Hasil riset membuktikan, spirulina kaya protein. Tujuh puluh persen sel spirulina mengandung protein. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan sumber lain seperti daging hewan dan ikan mengandung 15-25% protein, ayam (24%), kedelai dan susu (35%), kacang-kacangan (25%), dan biji-bijian (14-18%).

Menurut Keishiro Wada dari Departemen Biologi, Osaka University, Jepang, spirulina kaya asam amino. Dengan metode analisis sekuen, ia menemukan 16 jenis asam amino antara lain lisin, histidin, arginin, alanin, threonin, serine, glutamat, dan prolin. Beragamnya kandungan gizi spirulina meningkatkan keingintahuan peneliti tentang khasiatnya.

Antivirus

Penelitian awal khasiat spirulina terhadap kesehatan dilakukan oleh Lumsden dan D. O. Hall dari University of London King's College, London pada 1974. Mereka membuktikan kandungan zat besi spirulina lebih tinggi dibanding bayam.

Spirulina juga mengandung enzim superoksida dismutase penghambat kerusakan sel akibat radikal bebas, terutama sel kulit, jaringan otak, dan indra. Superoksida dismutase terbukti melindungi tubuh dari berbagai kerusakan DNA dan gangguan metabolisme seperti peroksidasi lemak, protein denaturasi, dan degradasi sel progresif. Para periset itu yakin spirulina mampu menggempur berbagai penyakit.

Penelitian efek antivirus dari ganggang pertama kali dilakukan oleh Gustafson KR dan Cardellina JH II dari National Cancer Institue pada 1989. Namun, ganggang yang digunakan berupa alga biruhijau Lyngbya lagerheimii dan Phormidium tenue. Komponen paling berpengaruh: sulfoglycolipids. Dalam risetnya, sel manusia yang diinduksi ganggang hijau pada konsentrasi tertentu ampuh menghadang serbuan infeksi virus HIV-1. Dari 600 jenis ganggang biru-hijau, efek antivirus hanya dimiliki 60 jenis, termasuk Spirulina platensis.

Itu dibuktikan oleh Hayashi dari Fakultas Ilmu Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang. Seperti dikutip Journal of Natural Production, Spirulina platensis menghambat replikasi herpes simplex virus (HSV-1) pada sel hela dengan konsentrasi 0,08-50 mg/m. Ekstrak itu tidak berefek mematikan virus, tetapi mengubah virus agar masuk ke dalam sel. Virus kemudian disintesis proteinnya hingga mengecil dan tak berdaya. Tak ada efek apa pun pada sel tubuh, bahkan mencegah pembesaran organ hati. Dosis spirulina yang aktif mematikan virus 0,173-26,3 mg/ml.

Kalsium spirulan

Efek antivirus spirulina berasal dari polisakarida sulfi t bernama kalsium spirulan. Ia menghambat replikasi virus yang terbungkus lemak. Tak hanya herpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang enyah, tapi juga human cytomegalovirus (HVMV), campak, mumps, dan influenza. Hayashi juga menemukan kalsium spirulan penghambat HIV-1.

Jika dibandingkan dengan dextran sulfat (DS)-zat sintesis anti-HIV-spirulina memiliki kekuatan 4-5 kali lebih besar. Sebab, kalsium spirulan bersifat antikoagulan lebih rendah dibanding DS, sehingga lebih mudah menghambat pergerakan virus. Kalsium spirulina juga memiliki waktu hidup pada aliran darah lebih lama dibandingkan DS. Oleh karena itu, spirulina digunakan dalam pengobatan AIDS.

Selain antivirus, spirulina juga terbukti antikanker. Penelitiannya dimotori oleh Mathew B dan Sankaranarayanan seperti dikutip Journal Nutrion of Cancer pada 1995. Riset itu melibatkan 87 pengidap leukopia-prakanker-akibat mengunyah tembakau. Sebanyak 44 orang diberi asupan spirulina 1 gram per hari, sedangkan 43 orang lainnya kapsul zat kimia untuk kanker. Hasilnya, sebaran kanker orang yang mengkonsumsi spirulina terhambat 45%, sedangkan yang mengasup obat kimia kanker hanya 7%.

Betakaroten juga berpengaruh terhadap kanker, kata Kabinawa. Menurut Henrickson dalam bukunya Spirulina, Earth Food, kandungan betakaroten spirulina paling tinggi dibandingkan sumber makanan lainnya, 23.000 IU per 10 g. Itu berarti 2 kali lebih tinggi daripada semangkuk wortel dan kentang, 4-5 kali lebih tinggi daripada Chlorella, atau 20 kali lebih tinggi daripada semangka. Lembaga Kanker Amerika membuktikan sayuran tinggi betakaroten menurunkan risiko semua jenis kanker.

GLA

Pada 1990, Iwata dan Munakata dalam Journal of Japan Society for Nutrition Food Science meneliti pengaruh spirulina terhadap pekerja berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Masing-masing pekerja diberikan 4,2 g serbuk spirulina per hari. Setelah 4 minggu terjadi penurunan 4,5% kadar kolesterol darah, dari 244 mg/dl menjadi 233 mg/dl dan LDL kolesterol turun 6,1%.

Oleh karena itu, periset Departemen Kesehatan dan Penyakit Dalam, Universitas Tokai, Jepang, menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping, sehingga baik bagi pencegahan penyakit jantung dan arteriosklerosis. Menurut Kabinawa, itu merupakan hasil kinerja GLA (gamma linoleic acid), prekursor prostaglandin tubuh. Prostaglandin berfungsi mengontrol hormon untuk menjalani fungsi tubuh seperti pengaturan tekanan darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan pembelahan sel.

Spirulina juga tak secara langsung membasmi penyakit-penyakit dalam tubuh. Penelitian Parada dan de Caire dari Universitas Buenos Aires, Argentina, menyebutkan asupan 5% spirulina meningkatkan populasi Lactobacillus dalam usus sebanyak tiga kali lipat dan menekan pertumbuhan cendawan Candida albicans.

Seperti dikutip International Journal of Food Microbiology, Parada membuktikan adanya peningkatan imunitas tubuh disebabkan kenaikan jumlah bakteri laktat seperti Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus. Pada manusia Lactobacillus memiliki 3 fungsi: meningkatkan pencernaan dan penyerapan makanan, melindungi dari infeksi, dan melindungi sistem kekebalan tubuh.

Jumlah bakteri asam laktat dalam tubuh yang sedikit menyebabkan penyerapan nutrisi makanan terganggu. Itu terjadi pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyerapan nutrisi rendah lantaran infeksi usus oleh Candida albicans. Itu sebabnya, ahli medis di Amerika Serikat kerap memberikan spirulina agar jumlah bakteri Lactobacilus naik dan Candida albicans hilang. Pada akhirnya, gizi makanan lebih mudah diserap tubuh dan kesembuhan pun diperoleh. Hingga hari ini penelitian tentang spirulina terus berjalan. Tujuannya mengungkap khasiat lain meski faedah ganggang hijau-biru itu amat banyak. Persis seperti warnawarni yang dipantulkan. sumber majalah trubus.

Cegah si Upik Gugur

Dua kali toksoplasma merenggut janin Dwi Istikomah. Rutin mengkonsumsi ekstrak ganggang, Istikomah pun sukses menimang buah hati.

Sepulang kerja, Dwi Istikomah yang tengah hamil 3 bulan tiba-tiba letih luar biasa. Malam harinya ia demam dan pandangannya berkunang-kunang hingga jatuh pingsan. Nugroho Heri, sang suami, melarikan Istikomah ke rumahsakit. Dokter tak dapat mempertahankan janin lantaran Istikomah positif toksoplasma dengan angka IgG mencapai 166, seharusnya negatif. Keguguran pertama itu pada Oktober 2006.

Setelah kondisinya pulih, perempuan 28 tahun itu memperbaiki pola makan, memperbanyak konsumsi protein, vitamin, dan suplemen untuk meningkatkan stamina. Apoteker alumnus Universitas Setia Budi Surakarta itu kembali hamil setahun berselang. Namun, kehadiran janin itu membuat stamina Istikomah anjlok.

“Gejalanya seperti kehamilan pertama,” kata Istikomah. Tim dokter sebuah rumahsakit di Kudus, Jawa Tengah, menemukan antibodi antitoksoplasma positif dalam darahnya. Artinya, parasit Toksoplasma gondii itu masih berjangkit di rahimnya. Ia pun kembali harus kehilangan calon buah hatinya pada November 2007. Dua kali keguguran membuat Dwi patah arang.

Rentan

Toksoplasma yang menjangkiti Dwi Istikomah disebabkan protozoa parasit Toksoplasma gondii. Kehadiran protozoa itu dalam tubuh diuji dengan tes TORCH alias toksoplasma, rubella, CMV (cytomegalovirus), dan herpes. “Keempat penyakit itu salah satu penyebab gangguan kehamilan di dunia,” ungkap Dr Kerry R Kartosen SpOG, ginekolog dari Rumah Sakit Islam Hajar, Sidoarjo, Jawa Timur.

Penyakit ditularkan kalau orang mengkonsumsi daging setengah matang yang mengandung kista parasit. Jalan lain, penularan terjadi melalui tangan setelah berkebun atau memegang daging mentah. Gejala serangan berupa pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala, dan demam—persis yang dialami Istikomah.

Menurut Kerry usia kehamilan muda di bawah 6 bulan rentan terserang toksoplasma. Pasalnya, antibodi janin belum terbentuk sehingga parasit mudah menyerang. Akibat serangan itu terjadi keguguran. Kalau pun selamat sampai lahir, bayi cacat bawaan berupa kerusakan otak, tuli, atau kelainan mental. Janin aman dari toksoplasma pada usia kehamilan minimal 6 bulan. “Kalau stamina ibu kuat, parasit bakal dilumpuhkan. Biasanya seseorang yang pernah terjangkit toksoplasma bakal kebal,” kata Kerry.

Dr Zen Djaja, dokter sekaligus herbalis di Malang, Jawa Timur, menyatakan kasus Dwi terjadi lantaran parasit telanjur memproduksi racun yang tersimpan di kapiler pembuluh dan tersirkulasi dalam tubuh. “Ibunya memang sudah membentuk antibodi, tapi janinnya belum,” kata Zen. Saat darah ibu mengalir ke janin lewat plasenta, racun itu menyerang sel darah janin. Akibatnya pembentukan janin terganggu dan keguguran.

Itulah yang 2 kali dialami Istikomah. Awal 2008, seorang rekan kerja menyarankan Istikomah untuk mengkonsumsi spirulina. Namun, ia tak serta-merta menuruti saran itu. “Kapsul spirulina itu sempat beberapa hari saya biarkan di meja makan,” kata Istikomah. Namun, akhirnya ia mengkonsumsi 2 kapsul 2 kali sehari. Musababnya, sakit kepala yang menderanya lenyap beberapa jam usai menelan 2 kapsul.

Sepekan rutin mengkonsumsi, tubuhnya terasa segar saat bangun pagi. Sore hari sepulang kerja pun ia tidak merasakan letih seperti sebelumnya. Padahal, ketika pekerjaan menumpuk, Istikomah mesti melakukan pengujian kualitas secara maraton sampai acap melewatkan makan siang. “Tubuh saya terasa lebih fit,” kata Istikomah. Spirulina yang dikonsumsi Istikomah hasil budidaya di Jepara, Jawa Tengah.

Imunitas meningkat

Pada Oktober 2008, untuk ketiga kalinya Istikomah hamil. Lantaran 2 kehamilan terdahulu gugur menjelang bulan ketiga, ia mengkonsumsi 2 kapsul spirulina 2 kali sehari sampai bulan ke-4 kehamilan. Setelah itu ia menghentikan konsumsi spirulina. Akhirnya pada Juni 2009, Dwi melahirkan bayi perempuan berbobot 2,8 kg dan panjang 48 cm melalui bedah caesar. Persalinan mesti dilakukan lewat operasi lantaran posisinya terbalik alias sungsang.

Menurut Dr Zen, spirulina sebetulnya tidak bersifat antivirus, antibakteri, atau antiparasit. “Orang yang mengkonsumsi spirulina mendapat asupan gizi lebih baik sehingga kekebalan tubuhnya juga meningkat,” kata dokter alumnus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta itu.

Spirulina juga tinggi protein—1,6 kali kandungan protein tempe—menjadikannya sumber gizi potensial untuk perbaikan metabolisme dan regenerasi sel. Protein nabati lebih baik ketimbang protein hewani lantaran, “Desain sistem pencernaan manusia lebih mudah menyerap protein nabati ketimbang protein hewani,” kata Prof I Nyoman Kabinawa, peneliti alga di Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong, Bogor. Alga itu kaya asam amino, zat besi, serat, dan vitamin B lengkap. Tubuh Istikomah mampu memerangi protozoa parasit lantaran kekebalan meningkat. Sehingga impian menimang buah hati pun menjadi kenyataan. sumber majalah trubus.

Menambal Jantung si Upik

Tangis Syifa Zulfikria mereda setelah Syawlia Basriani, sang ibu, memberikan sebotol susu. Bocah 4 tahun itu asyik meminum susu cokelat dalam botol berukuran 120 ml. Syifa tampak sehat, aktif, dan lincah. Padahal, ia mengidap ventricular septal defect (VSD) alias bilik jantung bocor sejak berusia 9 bulan.

Tak ada yang berbeda dari Syifa. Layaknya seorang balita, Syifa senang bermain. Syawlia mengizinkan anaknya bebas beraktivitas padat karena batuk, pilek, dan demam yang diderita Syifa itu sembuh.

Sejak berusia 3 bulan, ketiga penyakit itu memang sering menyerang Syifa. Tak lama sembuh, sepekan kemudian sakit lagi. Saat malam, bocah itu kerap menangis, susah tidur, dan sesak napas. Wajahnya letih dan lesu. Ia juga gampang lelah. Demam tinggi hingga 40oC juga pernah dialami siswa Taman Bermain Sekar Melati, Bekasi, itu. Bolak-balik ke dokter tidak membuat kondisi Syifa membaik.

Jantung bocor

Kondisi anaknya yang tak kunjung membaik mendorong Syawlia membawa Syifa ke dokter spesialis anak. Hasil diagnosis di luar dugaan. Dokter di kawasan Paseban, Jakarta Pusat, itu menyarankan untuk membawa Syifa ke spesialis jantung.

Semula Syawlia tidak percaya dengan diagnosis dokter, sehingga saran itu diabaikan begitu saja. Masa anak kecil jantungan, kata Syawlia tak percaya. Namun, 3 bulan berselang, penyakit itu tak kunjung sembuh. Selama 9 bulan, bobot tubuh Syifa tidak meningkat. Suplemen dan vitamin anak yang diasup tidak mampu meningkatkan bobot tubuhnya.

Khawatir dengan kondisi putrinya, dokter spesialis anak kembali disambangi. Berbekal surat rujukan, Syifa menjalani pemeriksaan ekokardiografi di Rumahsakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Hasilnya, dokter spesialis jantung anak menyatakan, ada kelainan bawaan pada jantung Syifa. Kelainan itu adalah ventricular septal defect (VSD), ada kebocoran pada bilik kiri jantung selebar 3,5 mm. Namun, karena lubang tergolong kecil, penanganannya hanya kontrol tiap bulan dan pemeriksaan ekokardiografi tiap 6 bulan.

Operasi hanya bisa dilakukan bila kebocoran 10-12 mm. Lagi pula ada kemungkinan penyakit itu sembuh sendiri seiring waktu. Dokter pun tidak memberikan obat. Hanya saja dokter menyarankan, banyak istirahat, konsumsi makanan bergizi, dan hindari perjalanan jauh.

Dicampur susu

Lantaran tak mau diam, bocah periang itu dibebaskan bermain. Menjelang tidur kadang-kadang, ia mengeluh lelah minta dipijat. Saat pemeriksaan kedua pada September 2004, kebocoran membesar menjadi 5 mm. Syawlia pasrah. Saya hanya bisa menunggu penyakit membaik dengan sendirinya, ujar istri Irfansyah itu.

Di antara kegalauan itu, kerabat di Bogor menawarkan spirulina. Syawlia akhirnya memberikan ganggang hijau biru itu kepada putrinya. Ia mencampur sekaleng susu 400 gram dan satu sendok teh spirulina. Sekali minum, 60 gram susu plus spirulina itu dicampur air putih jadi 120 ml susu cokelat. Sehari Syifa bisa lima kali minum.

Empat bulan mengkonsumsi spirulina mulai terlihat perbedaan. Bobot badan mulai meningkat 0,5-1 kg per bulan. Batuk dan pilek pun menjauh. Syifa terlihat lebih segar dan sehat. Kebahagiaan Syawlia bertambah ketika hasil pemeriksaan ekokardiografi ketiga: lubang dinyatakan mengecil menjadi 4 mm.

Tidak biru

VSD merupakan penyakit jantung bawaan. Penyakit itu ditandai kebocoran pada ventrikel atau bilik. Ada lubang antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri sehingga mengganggu aliran darah. Pada kasus VSD, aliran darah mengalir langsung dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri karena ada lubang antara ventrikel. Imbasnya, tekanan darah meninggi pada saluran menuju paru-paru. Paling parah akan menyebabkan gagal jantung, kata Prof dr Harmani Kalim MPH, SpJP(K), spesialis jantung RS Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat.

VSD bisa dideteksi dari bunyi detak jantung yang tidak normal. Ada tambahan bunyi detak jantung. Bunyi jantung bising, kata dokter kelahiran Solo, 64 tahun silam itu. VSD tidak menimbulkan gejala biru pada bagian tubuh tertentu atau dikenal dengan istilah nonsianotik. Karena darah kotor dari bilik kanan tidak beredar ke seluruh tubuh, tetapi menuju paru-paru.

Hingga saat ini penyebab VSD belum diketahui. Menurut guru besar kardiologi Universitas Indonesia itu, kelainan bisa dipengaruhi obat, jamu, dan infeksi virus. Namun, penyebabnya tetap tidak bisa diketahui secara pasti. Yang pasti kelainan itu terjadi saat pembentukan jantung dan pembuluh darah, pada usia kehamilan 3 bulan pertama. Penyakit bisa dideteksi pada masa fetus alias janin dengan melakukan ekokardiografi. Idealnya pada usia kehamilan 16 minggu saat jantung telah terbentuk sempurna. Walau tak bisa dicegah, VSD perlu diwaspadai sejak dini agar si kecil tumbuh sehat.

Kelainan pada jantung itu berefek pada gangguan pertumbuhan dan kesehatan. Misalnya, bobot badan tidak meningkat sesuai usia, pilek, demam, batuk, dan rentan terkena infeksi paru. Anak lesu dan mudah lelah. Pemeriksaan itu antara lain EKG (elektrokardiogram), foto rontgen, dan ekokardiografi.

VSD pada anak dengan kebocoran tidak terlalu besar bisa menutup sendiri seiring bertambahnya usia. Penanganan lainnya tergantung tingkat keparahan. Salah satunya dengan intervensi nonbedah-tanpa bedah jantung terbuka-menggunakan Amplatzer Ventricular Septal Occluder untuk menutup kebocoran ventrikel.

Ketahanan tubuh

Mudah lelah, sulit menyusui karena sesak napas, batuk, berat badan tidak meningkat, dan demam merupakan gejala umum VSD. Gangguan pertumbuhan dan kesehatan itu menggerogoti ketahanan tubuh penderita VSD bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Saat sakit, tubuh juga rentan terhadap serangan penyakit lain. Spirulina membantu meningkatkan stamina penderita, ujar dr Suhenry Sastranegara. Menurut dokter yang praktek di Apotik Intan Farma, Daanmogot, Jakarta Barat, itu, kandungan nutrisi lengkap dalam spirulina secara sinergis meningkatkan ketahanan tubuh penderita dari gangguan penyakit lain. Berbagai produk seperti Spirumate, Spirutrend, Spirulina Pasifica, dan spirulina budidaya peneliti LIPI, Prof I Nyoman Kabinawa, dapat dijadikan pilihan.

Spirulina mengandung asam aspartat, glisin dan vitamin B kompleks yang membantu sintesis energi. Asam aspartat, misalnya, berfungsi meningkatkan stamina dan mengatasi kelelahan.Riset Hayashi pada 1994 membuktikan, spirulina mampu meningkatkan produksi antibodi. Seperti dikutip Journal of Nutrition Science and Vitaminology, spirulina meningkatkan kekebalan tubuh dengan merangsang fungsi makrofag, fagositosis, dan produksi interleukin-1 (IL-1). Menurut Baojiang yang meneliti efek polisakarida pada spirulina bagi kekebalan tubuh, dosis spirulina 150-300 mg per kg bobot badan meningkatkan persentase fagosit dan indeks fagosititas makrofag abdominal serta persentase T limfosit.

Walaupun mengecilnya lubang kebocoran disebabkan hal yang belum diketahui secara pasti, dengan spirulina Syifa tidak lagi gampang lelah, batuk dan demam. Ia kini sehat walafiat. sumber majalah trubus.

Spirulina Akhiri Sirosis

“Usia Anda tinggal 3 bulan.” Itulah vonis dokter yang mempercepat degup jantung Daniel. Hasil pemeriksaan dokter, Daniel positif sirosis hati. Sarjana kedokteran itu tak habis pikir dirinya mengidap sirosis. Maklum, ia tak pernah menderita hepatitis, penyakit yang lazim mengawali sirosis hati.

Diagnosis dokter benar-benar mencemaskan Daniel dan keluarganya. Apalagi dokter tak memberikan obat untuk mengatasi penyakit maut itu. Hanya vitamin dan suplemen yang diresepkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang anjlok.

Tak puas hasil pemeriksaan dokter di dalam negeri, Daniel diboyong ke salah satu rumahsakit di Jepang. Hasil diagnosis dokter mancanegara sama saja: sirosis dan mulai berkembang menjadi kanker hati. Untuk mencegah hal itu, dokter menyarankan agar hati yang sudah mengeras itu ditransplantasi alias dicangkok. Karena keterbatasan donor, hati yang rusak diganti dengan hati babon, sejenis primata.

Mendengar saran sang dokter, kontan saja Daniel sekeluarga menolak. Tak setuju dengan saran dokter di Jepang, Daniel diboyong ke Australia. Harapan sembuh kini ia sandarkan ke salah satu rumah sakit di Negeri Kanguru itu. Namun, lagi-lagi para dokter di sana menyarankan hal yang sama, yaitu pencangkokan hati. Serasa menemui jalan buntu, akhirnya Daniel kembali diboyong ke tanahair.

Maag

Penyakit ganas itu bermula dari rasa mual dan perih berhari-hari di perut Daniel. Sarjana kedokteran itu mengunjungi seorang dokter. Diagnosis sang ahli medis, Daniel mengidap maag. Mulai saat itulah—awal 1995—ia mengkonsumsi obat maag.

Meski berbulan-bulan mengkonsumsi obat maag, tak ada tanda-tanda membaik. Atas saran seorang rekan, alumnus salah satu perguruan tinggi di Semarang, Daniel meminum segelas susu kefi r per hari. Sayang, upaya itu tak membawa kesembuhan.

Setahun berselang, rasa mual yang diderita Daniel menghebat. Tak hanya itu, ia juga merasakan nyeri di ulu hati dan sering buang air besar. Nafsu makan hilang. Dalam hitungan pekan, bobot tubuh pria 57 tahun itu anjlok hingga 21 kg. Karena kekurangan nutrisi, Daniel kerap tak sadarkan diri. Ia tak bisa mengenali orang-orang di sekitarnya.

Melihat gejala itu, Daniel dibawa ke Rumah Sakit Elizabeth, di Semarang oleh istri dan Yohan, salah seorang anaknya. Hasil diagnosis dokter, pendarahan lambung. Karena penasaran, dokter pun melanjutkan pemeriksaan dengan alat pemindai ultrasonografi . Daniel terkena sirosis hati. Kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) mencapai 279 U/L dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) mencapai 160 U/L. Jumlah itu sangat tinggi dibanding kadar normal SGOT: 53 U/L dan SGPT: 0—41 U/L.

Spirulina

Rupanya kisah penderitaan Daniel tersiar hingga ke salah satu kolega di Th ailand. Dari sana rekannya mengirim sebotol kapsul spirulina berisi 100 kapsul. “Saya sudah tahu khasiat spirulina, tapi belum pernah mencobanya,” ujarnya. Karena berhasrat sembuh, ia pun rutin mengkonsumsi 10 kapsul berwarna hijau tua itu per hari.

Sebulan kemudian, kondisi Daniel membaik. Rasa mual perlahan sirna dan nafsu makannya mulai bangkit. “Semula saya hanya makan pisang. Ketika itu saya mulai bisa makan nasi,” kenangnya. Vonis dokter bahwa usianya pendek rupanya tidak terbukti.

Enam tahun Daniel bergelut dengan sirosis, selama itu pula ia mengkonsumsi spirulina. Penasaran dengan usia panjang yang diperolehnya, pada 2002 ia mencoba memeriksakan diri ke Rumah Sakit Elizabeth, yang dulu pernah merawatnya. Setelah diperiksa tes darah, hasilnya mencengangkan. Pada sampel darah Daniel tak satu pun ditemukan sel kanker.

Berisiko

Sirosis adalah kondisi jaringan hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut, seperti keloid yang sering terbentuk pada bekas luka. Aliran darah menuju hati terhambat. Akibatnya, fungsi hati terganggu. Padahal, hati berfungsi menetralisir racun dalam darah, membentuk senyawa yang berperan dalam kekebalan tubuh, dan memusnahkan kuman dari darah.

Menurut Prof Dr H Nurul Akbar SpPDKGEH, ahli hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sirosis tak hanya membayangi penderita hepatitis kronis. Mengkonsumsi makanan berbahan pewarna dan pengawet makanan beracun turut memicu sirosis. Penyebab lainnya yakni kurang gizi dan konsumsi alkohol.

Penderita sirosis hati biasanya mengalami gangguan produksi energi. Sebab, hati tak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen. Oleh sebab itu, diperlukan sumber energi lain yakni protein. Protein yang dapat digunakan adalah asam amino rantai cabang yang lazim terdapat pada protein nabati. Pasien penyakit hati paling baik mengkonsumsi tahu dan tempe. Sumber protein hewani seperti daging, telur, dan ikan, kurang baik lantaran mengandung asam aromatik yang menghasilkan amonia. Kadar amonia berlebihan menyebabkan koma hepatik.

Disarankan dokter

Dokter Suhenry Sastranegara, di Green Garden, Jakarta Barat, menyarankan mengkonsumsi spirulina kepada para pasien, khususnya penderita sirosis. Menurutnya, kandungan protein nabati spirulina 1,6 kali lebih tinggi ketimbang tempe. Hasil penelitian menyebutkan, 5,98% senyawa arginin dalam spirulina membantu detoksifi kasi—penetralan zat beracun—pada sirosis hati dan fatty liver.

Keampuhan spirulina memperbaiki kinerja hati telah dibuktikan K Morita dan T Matsueda, dari Fukuoka Institute of Health and Environmental Studies, Fukuoka, Jepang. Seperti dikutip Japan Journal Toxicology Environmental Health, mereka meneliti peningkatan kadar polychlorinated dibenzo-p-dioxins (PCDDs)—polutan pemicu kanker yang larut dalam lemak— pada feses tikus jantan.

Tikus percobaan itu diberi makanan yang mengandung 20% klorela, 20% spirulina, 2% klorofi lin, dan 2% klorofi lin ditambah 10% nasi beras tumbuk. Lima hari kemudian, tikus diberi asupan minyak bekatul yang terkontaminasi PCDDs dengan dosis 0,5 ml/4 g bobot tikus.

Setelah lima hari, kadar PCDDs feses tikus dianalisis dengan kromatografi gas beresolusi tinggi dan spektometer massa. Hasilnya, kadar PCDDs pada feses tikus yang diberi makanan yang mengandung 20% klorofi l, 20% spirulina, dan 2% klorofi lin, masing-masing 7,4, 7,1, dan 11 kali lebih tinggi ketimbang kontrol. Itu pertanda, kinerja hati tikus membaik sehingga mampu menetralisir PCDDs dan membuangnya lewat feces.

Bukti itu memperkuat dugaan Suhenry bahwa spirulina membantu proses detoksifi kasi. Zat beracun penyebab sirosis, perlahan terkuras. Memang cara kerjanya membutuhkan waktu 6 tahun. Meski begitu, toh usia Daniel lebih panjang dari dugaan dokter. sumber majalah trubus.

Hadang Stroke dengan Spirulina

Adzan Subuh berkumandang. Soleh Ismail membangunkan Rahmalina untuk sholat Subuh berjamaah. Namun, betapa kagetnya Soleh, istrinya itu tak bisa bangkit dari pembaringan. Tubuh perempuan 66 tahun itu tak bertenaga. Meski Soleh membantunya, Rahmalina tetap tak bisa bangun. Ia benar-benar kehilangan kekuatan. Pagi itu juga Rahmalina dilarikan ke rumahsakit.

Kejadian berawal pada suatu hari, pertengahan April 2006. Suara adzan Magrib sore itu disambut Rahmalina dan Soleh dengan berbuka puasa. Kolak pisang yang tersaji di meja menggoda selera untuk disantap. ‘Jangan, itu manis,’ Soleh melarang Rahmalina yang berniat mencicipi kolak. Itu karena riwayat penyakit diabetes yang disandang Rahmalina. Namun, ibu 6 anak itu nekat mencicipinya sebanyak 2 sendok.

Tak disangka manisnya kolak berbuntut penderitaan. Itu persis Rahmalina alami pada 2005. Setelah mencicipi kolak, 15 hari akhirnya ia dirawat di rumahsakit. Kini, pengalaman itu terulang. Kadar gula Rahmalina melonjak 575 mg/dl; kadar gula normal setelah makan 110-160 mg/dl. Efeknya, menyerang ke bagian saraf, seluruh tubuhnya terasa lemas. ‘Ngga kuat bangun, rasanya lemas tak bertenaga,’ kata Rahmalina.

Dokter di rumahsakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, tempatnya dirawat, menyatakan Rahmalina mengalami penyempitan pembuluh darah di kepala. Selama opname, perempuan kelahiran Padang itu kerap disuntik insulin. Tak ketinggalan obat-obatan dalam bentuk kapsul dan cairan diasupnya. ‘Sampai bosan saya makan obat dan disuntik,’ keluh Rahmalina.

Toh kesembuhan bagai api jauh dari panggang. Kondisi nenek 6 cucu itu tak ada perubahan berarti. Sehari-hari ia hanya tergolek di ranjang rumahsakit. Karena harapan sembuh kecil, pihak rumahsakit merujuknya ke rumahsakit Pertamina, Mayestik, Jakarta Selatan. Di rumahsakit itu pun ia hanya bertahan 3 hari karena alasan tak ada kemajuan. Perempuan yang hobi memasak itu juga bosan dengan jarum suntik. ‘Saya tidak tahan lagi disuntik terus-terusan,’ kata Rahmalina.

Kembali berjalan

Pihak keluarga terus berupaya menyembuhkan penyakit Rahmalina. Beberapa ahli pengobatan alternatif disambangi, tetapi tetap tak ada hasil. Hingga suatu hari, Frans, putra Rahma, memberinya spirulina atas saran seorang teman. Menurut temannya, kandungan ganggang hijau biru itu dipercaya dapat mengurangi gejala beragam penyakit tanpa efek samping. Tanpa pikir panjang, 5 butir spirulina diasupnya rutin 3 kali sehari.

Dua minggu mengkonsumsi spirulina, perubahan mulai terlihat. ‘Saya sudah bisa duduk,’ kata wanita murah senyum itu. Sebelumnya, menahan bobot tubuh saja tak mampu sehingga ia sering jatuh lemas bila duduk tanpa penyangga. Sebulan kemudian, perubahan makin kentara. Ia mulai bisa berjalan meski sambil berpegangan. Wajahnya pun terlihat cerah dan segar. Anak keempat yang tinggal bersamanya pun melihat perubahan itu. ‘Alhamdulillah, mama sudah sehat,’ kata Rahmalina menirukan ucapan Frans.

Sejak itulah kadar gula Rahmalina terkontrol karena rutin mengkonsumsi spirulina. Hasil tes laboratorium kadar gula darah 155 mg/dl. Dengan kadar gula sebesar itu ia merasa sehat wal-afiat. Padahal sebelumnya ia membayangkan betapa menderitanya jika badannya tak bisa digerakkan sama sekali.

Radikal bebas

Kelumpuhan yang dialami Rahmalina bukan stroke. Stroke hanya menyerang sebagian anggota badan. Misalnya kaki dan tangan kiri saja, anggota tubuh bagian kanan tetap berfungsi. Sedangkan Rahmalina merasakan kedua tangan dan kakinya lemah, lebih tepatnya disebut arteriosklerosis.

Arteriosklerosis merupakan penyempit-an pembuluh darah karena adanya penyumbatan, penebalan, atau kurang lenturnya dinding arteri. Pada kondisi itu, bahan lemak terkumpul di bawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri. Menurut dr H. Arijanto Jonosewojo, SpPD, spesialis penyakit dalam RSU dr Soetomo Surabaya, pada penderita diabetes, darah mengental bisa mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi arteriosklerosis.

Penyumbatan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh: otak, jantung, ginjal, organ vital lain, lengan, dan tungkai. Jika terjadi di otak, arteriosklerosis berisiko menimbul-kan stroke iskemik. Stroke iskemik berarti tidak berfungsinya jaringan otak lantaran kurangnya darah yang membawa oksigen ke sana karena adanya penyumbatan pembuluh darah.

Radikal bebas menyebabkan arteriosklerosis. Spirulina mengandung antioksidan, seperti betakaroten, zeaxantin, fikosianin, asam amino, dan superoksida dismutase (SOD), yang berfungsi menetralisir reaksi radikal bebas. SOD berperan dalam melawan radikal bebas dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. Sementara betakaroten dan zeaxantin, mampu menghambat hidrogen peroksida.

Kandungan tokoferol (vitamin E) sebanyak 190 mg/kg pada spirulina juga membantu melawan pembentukan gumpalan darah. Penelitian Tom Saldeen MD, PhD, FACC dari Department of Forensic Medicine, University of Uppsala, Uppsala, Swedia, menunjukkan aktivitas antioksidan vitamin E mampu menurun-kan platelet agregasi dan menekan pembentukan gumpalan darah dalam pembuluh darah.

Rahma juga memperoleh manfaat penurunan kadar gula darah dari spirulina. Efek spirulina itu dibuktikan oleh Uliyar Mani, PhD dan rekan yang melakukan studi klinis pada 15 penderita diabetes. Hasil penelitian Department of Foods and Nutrition, M S University of Baroda, Gujarat, India, itu menunjukkan adanya penurunan gula darah secara signifikan setelah penderita diabetes mengasup spirulina 2 gram/hari selama 21 hari. Selain itu, asam gamma linolenik dalam alga itu berfungsi menurunkan kadar lemak dalam darah. GLA membentuk fospolipid membran sel mencegah terbentuknya asam lemak jenuh. sumber majalah trubus.

Mag Kronis sang AmtenarBerakhir Manis

Beginilah kesibukan Syamsul Bachrie setiap hari. Pukul 06.00 ia meninggalkan rumah di Hila-hila, Kecamatan Bontotirto, Kabupaten Bulukumba, untuk mengunjungi minimal 3 Sekolah Dasar. Jarak antarsekolah puluhan kilometer. Sebagai pengawas Dinas Pendidikan, Syamsul juga merancang dan memantau berbagai kegiatan siswa SD se-Bulukumba.

Hanya itu? Menjelang sore, Syamsul Bachrie memacu kendaraannya ke Makassar dengan waktu tempuh 3,5 jam. Di kota Angin Mamiri itu ia melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar sarjana. Kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan berlangsung 4 hari sepekan. Ia baru meninggalkan kampus Universitas Hasanuddin pukul 20.00 dan tiba di rumah pukul 23.30. Begitulah saban hari aktivitas Syamsul: pergi pagi dan pulang menjelang hari berganti.

Kesibukan itulah yang membuat amtenar alias pegawai negeri itu kerap lupa makan. Angin malam yang menerpa dan kondisi perut kosong membuat Syamsul sering merasa nyeri. Jika demikian, pria 48 tahun itu menelan pil antinyeri. Dua tahun lamanya ia menjalani kehidupan itu. Pada suatu pagi media Agustus 2004 ia hendak berangkat kerja. Namun, tibatiba perutnya melilit tak karuan. Terpaksa ia berbaring di kamarnya sambil berharap agar lilitan perut itu segera berakhir. Kenyataannya, jangankan mereda, sakitnya malah menjadi-jadi. Ia berguling-guling menahan nyeri. Kepala pening. Oleh istrinya, Bau Dahnia, ia disuapi beberapa sendok nasi. Namun, tak lama berselang, Syamsul muntah.

Hari itu juga ia memeriksakan diri ke dokter. Hasil diagnosis, Syamsul mengidap mag kronis dan hipertensi. Soal sakit mag, Syamsul sudah menduganya. Hipertensi? Ia tak pernah menyangka. Tekanan darahnya melonjak 180 mmHg, idealnya 140 mmHg.

Langganan rumahsakit

Sejak itu Syamsul mudah jatuh sakit. Sedikit saja terkena hujan, demam mendera. Tidur pulas pun menjadi mahal. Ia kerap terjaga menahan rasa sakit di perut. Jangankan beraktivitas seperti biasa, mengangkat tubuh dari tempat tidur pun sulit. “Bobot tubuh saya turun 20 kg dari 80 kg dalam 2 tahun,” kata pria setinggi 170 cm itu. Penyebabnya, kekurangan cairan dan zat gizi.

Ia sempat menjalani perawatan di rumahsakit selama sepekan. Berbagai jenis obat-obatan kimia dikonsumsi dan Syamsul disarankan dokter disiplin makan. Makanan serta minuman pemicu asam lambung dihindari, misalnya kopi, makanan berlemak, mengandung cuka, lada, dan bumbu menyengat.

Pulang dari rumahsakit, Syamsul kembali beraktivitas seperti semula. Namun, sebulan kemudian mag sekaligus hipertensinya kembali kambuh. Lagi-lagi ia harus masuk rumahsakit. Bahkan ejak itu setiap bulan Syamsul menjadi pelanggan tetap rumahsakit.

Syamsul heran, obat dokter yang diminumnya selama ini tak membuahkan hasil sama sekali. Tak ingin berlama-lama menderita, Syamsul mencoba berbagai alternatif pengobatan. Saran seorang teman untuk mengkonsumsi bawang putih dan rimpang kunyit muda segar dijalani. Satu siung Allium sativum dan satu jari telunjuk Curcuma domestica dimakan berbarengan dengan sepiring nasi. Hasilnya, rasa sakit untuk sementara hilang. Namun, bila mantan kepala sekolah itu tidak mengontrol pola makan, rasa sakit kembali mendera. Tak heran, dalam 2 tahun bobot tubuh Syamsul menyusut 20 kg tinggal 40 kg.

Spirulina

Jalan kesembuhan terkuak saat Yuna, adik sepupunya, memberikan informasi tentang keampuhan spirulina mengobati mag dan hipertensi. Mulailah Syamsul mengkonsumsi 2 kapsul spirulina 2 kali sehari. Sebelum mengkonsumsi ganggang biru itu, Syamsul menelan makanan meski sedikit. Anehnya, pekan pertama Syamsul malah demam tinggi, sesak napas, dan sakit pinggang. “Itu tanda adanya respon dari tubuh, spirulina mendetoksifi kasi racun yang ada,” kata Yuna kepada Syamsul.

Penjelasan sepupunya itu diterima sehingga Syamsul melanjutkan konsumsi spirulina. Betul, setelah itu berangsurangsur kondisinya membaik. Perut lebih ringan dan pencernaan lancar. Kini bobot tubuhnya meningkat 18 kg menjadi 58 kg. Tekanan darahnya pun kembali normal.

Kesembuhan Syamsul memperkuat bukti penelitian para ahli gizi di dunia tentang keampuhan spirulina mengatasi mag dan hipertensi. Salah satunya Tsuchihashi dari Chiba Hygiene College, Jepang. Ia menunjukkan konsumsi 5% spirulina selama 100 hari meningkatkan 327% populasi Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus pada usus tikus.

Jumlah itu tiga kali lipat dibanding tikus tanpa konsumsi spirulina. Kelima jenis bakteri asam laktat itu terbukti mampu memperbaiki pencernaan dan penyerapan makanan, mencegah infeksi, dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

Yang juga melakukan penelitian adalah V Fica dari Clinica II Medicala, Spitalui Clinic, Bukares, Rumania. Fica memberi tablet spirulina kepada 21 penderita kerusakan lambung dan pankreas. Hasilnya, bobot tubuh dan jumlah protein mereka meningkat.

Zat paling berpengaruh dalam spirulina adalah klorofi l, molekul hijau yang terdapat pada tumbuhan. Klorofi l melepaskan ion ketika mendapatkan sinar matahari. Ion-ion bebas itulah yang digunakan untuk merangsang berbagai proses kimia dalam pembentukan protein, vitamin, dan gula. Seluruh zat gizi itulah yang juga memperbaiki produksi asam lambung dan luka lambung.

“Asam lemak GLA (gamma linoleic acid) juga berpengaruh,” kata Prof I Nyoman Kabinawa. Menurut peneliti LIPI itu, GLA spirulina berfungsi merangsang hormon prostaglandin. Hormon itu berfungsi mengontrol berbagai fungsi esensial tubuh. Prostaglandin PGE-1 terlibat dalam beberapa tugas pokok tubuh: pengaturan tekanan darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan pembelahan sel.

Kendalikan stres

Menurut dr H Arijanto Jonosewojo, ahli penyakit dalam RSUD Dr Soetomo Surabaya, saraf di otak berhubungan dengan lambung, sehingga bila mengalami stres dapat memicu ketidak seimbangan atau perubahan. Perubahan itu merangsang sel-sel lambung dan hormon kortisol, memproduksi asam lambung. Jika produksi asam lambung berlebih, lambung nyeri, perih, dan kembung. Lama-kelamaan dinding lambung terluka.

Prof dr Walujo Soerjodibroto MSc PhD SpG, pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menuturkan gangguan lambung dapat berupa gastritis dan tukak lambung. Disebut gastritis bila belum terjadi luka pada dinding bagian dalam lambung. Sedangkan bila terdapat luka disebut tukak lambung atau koreng lambung.

Pola makan tidak teratur menjadi salah satu penyebab gangguan itu. Lambung secara terpola memproduksi asam lambung untuk mencerna makanan agar bisa diserap tubuh. Asam lambung diproduksi lebih banyak pada saat seseorang akan makan.

Ketika tidak ada makanan yang masuk ke lambung, asam lambung tidak terpakai. Akibatnya terjadi kelebihan asam lambung yang menyebabkan erosi pada dinding lambung.

Selain memicu hormon kortison yang merangsang asam lambung, stres juga mengaktifk an pusat-pusat motorik di otak sehingga merangsang pengeluaran zat ACTH (adrenocortical realizing factor). Respons jantung terhadap zat itu adalah peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan hipertensi, bertambahnya denyut jantung dan kebutuhan oksigen.

Spirulina sebagaimana hasil studi klinis Lopez dan Romero dari Medicina Holistica, Spanyol, aya akan GLA yang mampu menanggulangi penyakit akibat stres, penyakit jantung, depresi mania, schizofrenia, kegemukan, dan defi siensi zat besi. Wajar jika Syamsul Bachrie kini tak mau meninggalkan spirulina. Setiap kali pergi, di kantongnya selalu terdapat kapsul spirulina. Praktis walau tugasnya bertambah, kepala pusing, mag dan hipertensi tak mau mendekat. sumber majalah trubus.

Minggu, 04 April 2010

Spirulina: Tumbuhan Laut Penggempur Penyakit

Serangkaian pengobatan dilakukan untuk mengatasi penyebab bersarangnya penyakit di tubuh pria berusia 22 tahun itu. Namun, tetap tak memberi hasil memuaskan. Tiga bulan mengkonsumsi neometrasol, obat kimia untuk pengidap hipertiroid, hanya mengembalikan nilai tiroksin T3 dan T4 ke ambang normal yaitu 0.51-1.65 ng/dl dan 4.4-12.0 ug/dl. TSH, penanda aktivitas kelenjar tiroid tak juga menanjak.

Itu sebabnya tubuh Adi kerap pingsan, cepat lelah, suhu badan tak stabil, dan sering buang air kecil. Degup jantung saya lebih kuat dan cepat, kata Kurniadi.

Lantaran bosan dengan penyakitnya, 4 bulan berselang ia beralih mengasup makanan tambahan spirulina atas anjuran kerabatnya. Hasilnya, TSH perlahan meningkat mulai 0,06 mIU/L pada bulan pertama dan 0.57 mIU/L setelah 3 bulan konsumsi. Itu artinya normal karena berada pada interval 0.47-5.01 mIU/L. Pasien hipertiroid cenderung membutuhkan asupan antitiroid, vitamin dan mineral penunjang kesehatan, kata Dr Muhilal, ahli gizi di Bogor. Vitamin dan mineral berfungsi membantu memperlancar sekresi hormon peningkat kekebalan serta membersihkan racun dalam ginjal yang menghambat keseimbangan hormon tiroid dalam darah.

Kaya vitamin dan mineral

Menurut USDA, spirulina memiliki kandungan lengkap vitamin dan mineral. Carlos Jimenez dari Department of Ecology, Faculty of Sciences, University of Malaga, Spanyol menemukan kalsium spirulina 3 kali lebih tinggi dibanding susu hewani, zat besi 3 kali lebih besar dibanding bayam. Tidak salah bila suku Aztec memanfaatkan spirulina sebagai makanan sehari-hari untuk menjaga kesehatan. Ia efektif meningkatkan stamina dan sistem kekebalan tubuh.

Alga berwarna hijau kebiruan itu awalnya hanya diketahui sebagai penurun kolesterol. Pengujian ilmiahnya dilakukan oleh Nayaka dari Tokai University, Jepang. Sebanyak 30 pria sehat berkolesterol tinggi dan hiperlipidemia yang diberi asupan spirulina menunjukkan penurunan 4,5% jumlah serum kolesterol, trigliserida, dan LDL. Mereka mengkonsumsi 4,2 gram spirulina selama 4 minggu tanpa mengubah pola makan.

J. E. Piero Estrada dari Departament Farmakolog, Fakultas Farmasi, Universitas Madrid, Spanyol mengungkap spirulina kaya antioksidan lantaran kandungan 3 pigmen kaya protein yaitu phykosianin, klorofil, dan zeasantin. Phykosianin, antioksidan larut air, penunjang kesehatan hati dan ginjal. Zeasantin, antioksidan pelindung mata terutama saat tua. Sedangkan klorofil, antioksidan bersifat antikanker dan antiracun.

Antivirus

Selain antikanker dan antiracun, penelitian Laboratory of Viral Pathogenesis, Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School, Massachusetts, Amerika Serikat pada 1996 membuktikan, spirulina dalam konsentrasi 5-10 g/ml mampu menghambat pembelahan sel HIV-1. Itu disebabkan spirulina memiliki kandungan kalsium spirulan, molekul polimerisasi gula berisi kalsium dan sulfur. Konsumsi spirulina terbukti memberikan masa hidup lebih lama pada pasien AIDS.

Sedangkan Armida Hernandez-Corona dari Departamento de Microbiologia, Escuela Nacional de Ciencias Biologicas, IPN, Meksiko, menunjukkan ekstrak spirulina memiliki sifat antiviral. Ia efektif melawan virus herpes simpleks tipe 2, pseudorabies virus (PRV), human cytomegalovirus (HCMV), dan HSV-1, dengan dosis efektif (ED50) masing-masing sebesar 0,069, 0,103, 0,142, dan 0,333 mg/ml.

Karena manfaat yang luar biasa, Arthrospira platensis kini banyak dibudidayakan di seluruh dunia. Berjuta-juta pil spirulina pun telah diproduksi lantaran terbukti menghadang dan menggempur berbagai penyakit. Termasuk Kurniadi yang telah merasakan keampuhannya. sumber majalah trubus.

Tekanan Darah

Darah rendah tak pernah enyah dari tubuh Ice Dahriani (37 tahun). Tekanan darahnya tak pernah beranjak dari 90/60 mmHg. Idealnya, 120/80 mm/ Hg. Wajar bila pegawai bank swasta nasional itu kerap letih dan pusing. Atas saran suami, Ice mengkonsumsi 9 tablet spirulina 3 kali sehari. Sepekan berselang ia mengecek tekanan darahnya. Tumben normal, katanya. Ibu satu anak itu merasa lebih bugar dan fit. Itulah sebabnya ia meneruskan konsumsi spirulina.***

Mimisan

Mimisan disertai kepala pusing kerap mendera Stevie Mario sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hasil pemindaian menunjukkan, terjadi penyumbatan urat saraf. Vilania, sang ibu, memberikan spirulina 30 ml 3 kali sehari. Hanya dalam sebulan, mimisan itu berhenti hinggi kini saat usia Mario 14 tahun. Memang semula Vilania kaget mendapati darah beku keluar dari lubang hidung. Namun, sejak itu Mario sembuh mimisan.***

Pusing

Dokter memberi 40 jahitan di kepala Lina Liwan beberapa saat setelah tabrakan mobil di Pontianak, Kalimantan Barat. Pada penghujung senja, setahun lampau ia mengalami kecelakaan. Hingga luka itu sembuh, pusing-pusing tak kunjung sirna. Kalau lihat langit-langit, seperti berputar-putar, kata wirausahawan di Pontianak itu. Frekuensi pusing beberapa kali sehari. Atas saran seorang kerabat, ia akhirnya mengkonsumsi spirulina 2 sachet 2 kali sehari. Sepekan berselang, pusingnya berkurang dan hilang sama sekali setelah sebulan rutin minum spirulina. sumber majalah trubus.

Penjinak Radiasi

Bencana mahadahsyat itu 20 tahun telah berlalu: ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl. Namun, dampaknya tak juga terkubur oleh perjalanan panjang sang waktu. Setidaknya 9 anak meninggal karena kanker thiroid akut dan 9.000 orang lainnya mengidap leukemia, anemia, serta kehilangan kekebalan tubuh. Semua itu akibat radiasi nuklir ketika PLTN meledak pada 26 April 1986 pukul 01.23.

Cuma itu? Ternyata tidak, sebab kandungan iodine tanah dan logam berat strontium 90 serta caesiun 137 terserap oleh tumbuhan, serangga, dan jamur. Efeknya mempengaruhi makanan sehari-hari penduduk setempat. Iodine, misalnya, memicu kanker thiroid seperti banyak terjadi di Belarus dan Rusia. Radias nuklir bagi mereka memang mengancam nyawa.

Secercah harapan muncul ketika L.P. Loseva and I.V. Dardynskaya, dari Research Institute of Radiation Medicine, Minsk, Belarus, melaporkan hasil riset yang melibatkan 100 anak. Konsumsi 5 gram spirulina setiap hari selama 20 hari menekan 50% kandungan radioaktif pada urine.

Menurut Belookaya T Corres dari Komite Anak-anak Belarus, spirulina menurunkan radiasi akibat konsumsi makanan terkontaminasi zat radioaktif cesiun 137 dan strontium 90. Tumbuhan bersel satu itu meningkatkan kesehatan tubuh manusia sehingga digunakan sebagai terapi bagi orang yang terkena radiasi. Riset lain melibatkan 49 anak berusia 3-7 tahun di Beryozova, Belarus. Ekstrak spirulina diberikan selama 45 hari. Para dokter menemukan sel T dan hormon pengatur tumbuh meningkat. Sebaliknya 83% radioaktif pada urine menurun.

Peneliti juga menyimpulkan pikosianin dan polisakarida meningkatkan reproduksi sumsum tulang dan kekebalan sel. Rusia mematenkan spirulina pada 1994 sebagai makanan obat penurun reaksi alergi pada pasien yang teradiasi. Paten itu berdasarkan penelitian terhadap 270 anak yang hidup di radiasi tinggi. Setelah diberi 20 tablet atau 5 gram spirulina per hari selama 1,5 bulan, sensitivitas terhadap alergi pun normal. Riset-riset itu meneguhkan spirulina sebagai panasea, obat mujarab bagi beragam penyakit. sumber majalah trubus.

Ampuhnya spirulina atasi penyakit

Pekerjaan Liana Wati sehari-hari mengunjungi dan menghibur para pasien di sebuah panti. Namun, pada penghujung 2000, jangankan menghibur mereka, menghibur diri sendiri pun tak mampu. Ia mengurung diri di kamar sejak dokter mendiagnosis ia mengidap hepatitis C. Penyakit maut itu ketahuan bercokol di hatinya ketika ia mengecek kondisi kesehatan untuk memperoleh polis asuransi. Ibu 2 putri itu pun menolak dijenguk lantaran ia enggan mendengar lagi ucapan: hepatitis C tak dapat disembuhkan.

Liana Wati ingin mengelak dari diagnosis itu. Sayang, ketika mengecek ke laboratorium lain, hasilnya sama: hepatitis C. Sepekan setelah diagnosis itu, perempuan kelahiran Padang 18 Maret 1935 itu ambruk. Ia tak bertenaga seolah tubuh tanpa tulang-belulang. Seluruh aktivitas dilangsungkan di atas pembaringan. Seorang dokter dan 3 sinse menangani kesehatannya.

Namun, kondisinya kian memburuk, tubuhnya kurus kering. Sebulan berselang atas saran kerabat, nenek 4 cucu itu mencoba spirulina cair. Dosisnya 2 sachet-masing-masing 14,8 ml-3 kali sehari. Keesokan harinya ia menghentikan konsumsi seluruh obat dokter. Pada hari kedua, ia merasa amat bertenaga. Enam bulan berselang, Liana mengecek kondisi lever. Hasilnya, virus mematikan penyebab hepatitis C itu enyah. Liana sembuh.

Ir Badriatur Rahmaniah (43 tahun) juga merasakan faedah spirulina. Alumnus Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu menderita kanker payudara stadium II B. Operasi yang disarankan dokter ditolak. Beruntung seorang dokter memperkenalkan spirulina. Ia mengkonsumsi 1 sachet spirulina sehari. Rasanya tubuh lebih segar. Mulai Februari 2005, dua sachet spirulina diminum setiap hari. Dua pekan berselang, benjolan mengecil.

Hasil pemeriksaan di RSAD Gatot Subroto, sel kanker mengecil, dari 2,5 x 1,5 x 1,0 cm3 menjadi 1 x 0,62 x 0,62 cm3. Bobot tubuh meningkat dari 45 kg menjadi 50 kg. Dalam waktu dekat, ia berencana memeriksakan diri ke dokter. Yang merasakan manfaat spirulina tak hanya Liana Wati. Kusnadi Prawira yang mengidap jantung koroner, Tri Ayurina (kanker payudara), Andreana Subiyati (stroke) hanya beberapa pasien sembuh setelah mengkonsumsi spirulina.

Supermini

Di tengah maraknya penggunaan bahan alam, spirulina salah satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko.

Wajar jika keamanan mengkonsumsi spirulina terjamin. Pun bagi anak-anak dan perempuan hamil. Spirulina makanan yang mempunyai sejarah panjang dari segi keamanannya. Namun, mutunya tergantung tempat tumbuh. Spirulina tercemar tentu berbahaya, ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor. Dosis anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih. Karena berfungsi sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau diberikan dalam dosis tinggi, katanya.

Kini popularitas tumbuhan bersel satu itu melambung. Banyak dokter di Indonesia yang menyarankan-jika tak boleh disebut meresepkan-tanaman obat itu. Spirulina merupakan ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm. Sebutan spirulina mengacu pada bentuknya yang spiral.

Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, terdapat banyak spesies spirulina yang hidup di air laut, payau, dan tawar. Spirulina yang hidup di laut mampu tumbuh pada kedalaman hingga 600 m. Dibandingkan dengan sinar matahari yang diterima tumbuhan darat, intensitas sinar matahari yang menembus air dan diterima spirulina jauh lebih sedikit.

Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim, maka ia mempunyai kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi tinggi. Oleh karena itu spirulina banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan kesehatan, ujar Wahyu Suprapto, herbalis di Batu, Jawa Timur.

Terlengkap

Spirulina itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan menyembuhkan beragam penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu menjadi panasea-obat mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob Capelli, vice president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di dunia-mengungkapkan, Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain karena mengandung nutrisi paling lengkap.

Capelli yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di Kailua, Hawaii, tak berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina adalah betakaroten, zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif itu masing-masing 23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Spirulina mempunyai kekayaan antioksidan yang luar biasa untuk menetralisir radikal bebas, ujar ahli herba alumnus Rutgers Uniersity itu.

Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun terdiri atas sel berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani kedua sel itu sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil riset Hayashi dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang.

Ia membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi Spirulina platensis lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat itu meningkat. Selain itu jumlah sel fagosit juga melambung.

Membangun sel

Menurut Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas Airlangga, orang sakit karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme sel. Kerja sel ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan, ujarnya. Oleh karena itu setiap sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar dapat bekerja dengan baik. Kata dr Oetjoeng Handajanto, ahli terapi kolon, salah satu sumber nutrisi terbaik bagi sel adalah spirulina.

Kandungan gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh sehingga melancarkan pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh memperbaiki sel-sel rusak. Hal senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya itu spirulina memulihkan penyakit degeneratif alias menurunnya fungsi-fungsi sel.

Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi membangun sel-sel tubuh. Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan sel-sel otak sehingga mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi sel, katanya. Namun, menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada spirulina-mencapai 70%, tidak serta-merta meregenerasi sel. Tergantung bagaimana tubuh mencerna zat itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna menjadi asam amino, hormon, atau hanya menjadi energi. Protein adalah salah satu sumber energi, ujarnya.

Komari, doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina adalah kandungan vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang. Kadar vitamin K mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang memenuhi 80% kebutuhan tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan kromium pada spirulina mencapai 21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi penderita diabetes untuk merangsang kinerja pankreas memproduksi insulin.

Masih ada faedah lain spirulina. Klorofil yang tinggi berguna sebagai detoksifi kasi atau mengeluarkan racun termasuk radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas memicu beragam penyakit seperti kanker, ujar dr Maria Theresia Karnadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim superoksida dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal bebas.

Radikal bebas merupakan atom yang tak memiliki pasangan sehingga reaktif merusak jaringan. Disebut radikal bebas karena mempunyai kebebasan untuk melakukan pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar. Stres dan pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas, ujar dr Oetjoeng Handajanto lulusan Fakultas Kedokteran Universitt Bochum Jerman. Nah, SOD mampu mengikat radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak lagi mampu mengikat.

Singkat kata thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan daun sejati-itu mampu mendongkrak kekebalan tubuh. Jika daya tahan tubuh meningkat, mengurangi serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel darah putih tak mampu melawan penyebab penyakit, ujar dr Oetjoeng Handajanto.

Banyak cara

Selain bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan sebagai terapi kuratif untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana Syah MS PhD, peneliti bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina mempunyai komponen yang khas bernama oligosakarida. Ternyata oligosakarida menjadi antivirus, antitumor, dan mencegah penyebaran kanker, ujar doktor Kimia alumnus University of Western Australia itu.

Bagaimana spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran spirulina mampu menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa zat kimia yang tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran tumbuhan itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis kode gen deoxynucleutide acid (DNA). Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan sehat.

Dokter Oetjoeng menuturkan pada kasus kanker, spirulina berperan mengatrol pH darah. Harap mafhum, tingkat keasaman darah penderita kanker amat rendah 5,7-6,5. Padahal, idealnya pH darah 7,3. Bila pH darah turun terus, darah kehabisan oksigen dan berakibat kematian, ujar dokter berusia 55 tahun itu. Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa.

Sel kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam seperti daging, telur, dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam menyebabkan oksigenasi darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai. Tubuh cuma memerlukan makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan spirulina tak cuma itu.

Dalam khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina segar bersifat dingin dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau menghancurkan. ?Oleh karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami pembengkakan atau benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak itu biasanya panas sehingga diobati dengan bahan yang bersifat dingin, ujar William Aditeja, dokter alumnus Beijing University of Traditional Chinese Medicine.

Menurut Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit: yin dan yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang dan kondisi yin diberi obat yin, justru makin sakit. ?Spirulina itu mempunyai karakteristik yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala yang, ujarnya.

Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu yang dingin-contohnya diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe yin ditandai dengan kerap berurine.

Makanan

Spirulina kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair, dan tablet. Itu hasil olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti khasiatnya oleh berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond Interest merilis merek Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken Spirulina), PT K-Link Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor Inma (Spirulina Pasifica), PT Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT Surya Pagoda Mas (Revita), dan PT Ultratrend Biotech (Spiruplus).

Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar, payau, dan laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru. Syaratnya antara lain pH 8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula tumbuhan itu amat adaptif di berbagai kondisi perairan.

Lokasi budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti Amerika Serikat dan Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan teknologi pengeringan beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan asam lemak lain. Bahan bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau cairan spirulina. Produk mereka itu kini merambah pasar dan menjadi harapan kesembuhan bagi para pasien.

Memang banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi beragam penyakit. Meski begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim spirulina bukan obat, tapi makanan fungsional. Spirulina memang tidak mengobati, tubuh memperbaiki diri sendiri, ujar dokter Oetjoeng. Ia menganalogikan montir bila gagal menemukan onderdil, mobil tetap rusak dan tak dapat berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah makanan, spirulina onderdil yang amat lengkap lantaran memberikan semua yang dibutuhkan tubuh.

Namun, menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi suplemen tak perlu bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang sesuai kebutuhan. Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat dalam makanan lain, ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi spirulina ketika sakit mereka tak kunjung sembuh, meski berbagai pengobatan ditempuh seperti dialami Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus. Sebulan setelah rutin mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat menjadi 13 gram per dl dari sebelumnya 7 gram per dl.

Ahli gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen tetap diperlukan untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi spirulina lengkap dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam. Kandungan senyawa aktif itulah yang membantu mewujudkan harapan kesembuhan banyak pasien. sumber majalah trubus.